Warta Jemaat GKI Gading Serpong, Minggu, 10 Desember 2023
Bacaan Alkitab: Markus 1:1-8
Ada sebuah istilah dalam bahasa Latin yang berbunyi: carpe diem. Istilah itu berarti: raihlah atau petiklah hari, yang berisi ajakan untuk menikmati hidup dengan sebaik-baiknya karena hidup ini hanya satu kali. Orang didorong untuk tidak asalan atau sembarangan ketika menjalani hidup yang hanya sekali ini, melainkan memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya.
Namun carpe diem di masa sekarang dimaknai sesuai motto YOLO, You Only Live Once, dengan arti yang bisa mendorong seseorang untuk menjalani hidup seperti yang dia inginkan, sesuka hati, tanpa peduli yang lain, karena hidup ini hanya sekali. Hidup dijalani dengan seenak perutnya sendiri, tanpa peduli orang lain. Sekali lagi karena diyakini hidup ini hanya sekali ini saja di sini saat ini, dan tidak ada hidup sesudah kematian.
Apa benar demikian adanya? Kita saat ini sudah memasuki Minggu Adven II. Adven berarti ”kedatangan”. Dalam masa Adven kita sedang menanti kedatangan Tuhan:
1. kedatangan-Nya pertama kali sebagai Juruselamat yang kita peringati dalam peristiwa Natal,
2. kedatangan-Nya kembali kelak sebagai Raja yang meminta pertanggungjawaban umat-Nya.
Karenanya selama kita masih ada dalam masa Adven, kita diminta menjalani hidup yang hanya sekali ini dengan tidak seenak hati atau asalan, melainkan mengisinya dengan setia menjalani hidup pertobatan.
Soal pertobatan itulah yang Yohanes Pembaptis serukan: ”Bertobatlah, sebab Kerajaan Surga sudah dekat!” (Mat. 3:2). Ia tampil di padang gurun dan memberitakan baptisan tobat untuk pengampunan dosa (Mrk. 1:4). Untuk kata ”tobat” dalam bahasa Yunani dipakai kata metanoia, yang berarti “berpikir secara berbeda, mempertimbangkan ulang, berubah sudut pandang, menyesali pikiran atau cara pandang dan cara hidup yang sebelumnya.” Dengan bahasa yang sederhana, ”bertobat” berarti berbalik 1800 dari kehidupan lama yang penuh dosa dan jauh dari Allah, kepada kehidupan baru yang tidak lagi diisi dengan dosa.
Orang perlu bertobat karena Kerajaan Surga sudah dekat, artinya: sudah dekat waktunya bahwa Allah akan menegakkan kerajaan dan kehendak-Nya secara penuh, dimulai sejak kedatangan Yesus sampai kelak mencapai kesempurnaannya saat Ia datang kembali.
Segera setelah seruan dan panggilan pertobatan dari Yohanes Pembaptis diperdengarkan, banyak orang dari seluruh Yudea datang kepadanya dan mengakui dosa mereka serta minta dibaptis sebagai tanda pertobatan (Mrk. 1:5). Hebat! Mereka segera merespons, tidak menunda-nunda. Mereka tidak mencari-cari pembenaran untuk dosa dan pelanggaran yang sudah mereka lakukan, seperti yang banyak dilakukan orang di masa kini ketika ketahuan bersalah dan melakukan pelanggaran:
(“Ya saya mencuri atau menipu ‘kan karena terpaksa”) ;
(“Kalo saya melakukan selingkuh karena banyak orang di zaman now juga melakukannya) ;
(“Saya jadi begini, terjerat penyalahgunaan narkoba karena ajakan dan rayuan teman-teman saya”).
Mari belajar dari orang-orang di Yudea dan Yerusalem itu. Mereka dengan segera merespons dan tidak mencari-cari alasan untuk menunda datang kepada Tuhan untuk mengakui dan menyesali dosa-dosa mereka serta mohon ampunan dan memberi diri mengalami pertobatan dengan dibaptis. Dari orang-orang Yahudi sederhana di Yudea dan Yerusalem inilah kita belajar sebuah kerendahan hati untuk peka mendengar suara Tuhan sekaligus mengakui dosa dan pelanggaran kita.
Dari penyesalan dan respons terhadap panggilan pertobatan itu, hidup baru kemudian diisi dengan buah-buah pertobatan. Tetap ada tanggung jawab yang harus kita jalani sebagai bentuk pertobatan kita dalam mengisi hidup yang baru ini. Buah pertobatan itu akan nyata lewat perubahan yang terjadi dalam hidup kita: hidup benar sesuai firman Tuhan, hidup kudus dengan menjauhi hal-hal yang tidak berkenan di mata Tuhan.
Carpe diem, petiklah hari dan nikmati. Hidup ini cuma sekali, jangan sia-siakan dengan hidup yang cemar dan penuh dosa. Apalagi akan tiba waktunya, Tuhan datang kembali untuk meminta pertanggungjawaban kita. Kapan Yesus datang kita tidak pernah tahu. Tapi hal itu tidak boleh membuat kita kendor dan patah semangat atau malah lalai. Sebaliknya tetap bergiat mengisi masa penantian ini dengan berjaga-jaga dan menghasilkan buah pertobatan. Selamat mengisi masa penantian ini dengan hidup dalam pertobatan.
Pdt. Danny Purnama