Jika ada yang bertanya, “Siapa role model kita dalam mendidik anak?” Maka apa jawabnya? Mungkin sebagian besar dari kita mengatakan bahwa orang tua kitalah yang menjadi role model dalam mendidik anak. Sementara itu, sebagian yang lain mengatakan, “Aku tidak memiliki role model yang ideal di keluargaku, sehingga aku mencari tahu cara mendidik anakku dari orang lain, baik dari buku maupun artikel-artikel yang aku dapatkan di internet.”

Sebagai orangtua Kristen, sebenarnya kita memiliki role model sejati dalam mendidik anak. Siapa figur tersebut? Dia-lah Allah Bapa. Seperti Allah Bapa mendidik bangsa Israel yang dikisahkan di Perjanjian Lama, dan ketika Yesus mendidik murid-Nya maupun kita semua anak-Nya, demikianlah hendaknya kita mendidik anak kita. Allah menjadi teladan sempurna, jadi tidak ada alasan bagi kita untuk tidak tahu harus seperti apa mendidik anak kita.

Mari kita khususkan lagi tentang bagaimana meneladani Yesus sebagai Sang Gembala Agung. Yesus memberikan teladan bagaimana menjadi gembala yang baik. Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan gembala sebagai seorang pembimbing dan pemelihara kawanan domba. Secara teologis, istilah “menggembalakan” menunjuk pada tindakan perawatan dan pemeliharaan yang dilakukan oleh seseorang secara intensif. Pemeliharaan yang tidak mengenal waktu maupun situasi, dan tidak dapat diwakili oleh pribadi lain.

Biasanya kita menyebut Tuhan sebagai Gembala hidup kita. Karakter gembala yang baik adalah gembala yang sungguh-sungguh setia dalam pelayanan mereka. Sebenarnya bagaimanakah karakter gembala yang baik? Simak selengkapnya dalam ulasan berikut ini.

1. Memenuhi kebutuhan dombadomba-Nya

Gembala yang baik selalu memikirkan kebutuhan dombadombanya. Apakah dombanya cukup makan dan minum? Apakah dombanya merasa aman dan nyaman? Sama juga halnya dengan kita sebagai orangtua, apakah kita sudah memperhatikan makanan, minuman, dan kebutuhan anak-anak kita? Tapi bukan hanya kebutuhan jasmani, melainkan kebutuhan rohani dan kasih sayang. Jangan-jangan, kita hanya memberikan mereka kebutuhan jasmani saja, namun mengabaikan kebutuhan mereka akan kasih sayang. Misalnya saja, kasih sayang dan pengakuan kita kepada mereka sebagai pribadi yang bertumbuh (bukan sebagai kertas kosong yang menunggu untuk kita tulis).

2. Menjaga dan melindungi dombadomba dari bahaya

Gembala yang baik tidak pernah lari meninggalkan domba-dombanya ketika ada bahaya yang mengancam. Sebaliknya, gembala yang baik akan menghadapi semua bahaya yang mengancam domba-dombanya. Demikian pula ketika kita menjadi orangtua, jika anak-anak kita mengalami masalah, apakah kita sudah menjadi tempat bagi mereka untuk berlindung? Sudahkah anak-anak kita merasa aman dari kejamnya kehidupan ini? Apakah kita selalu membela anakanak kita, melindungi mereka dari hal-hal yang akan membahayakan mereka? Apakah kita bisa menjadi tempat bersandar bagi mereka dan merasakan bahwa lengan kita cukup kuat untuk membantu mereka menghadapi masalah?

3. Mencari dan membawa kembali setiap domba yang tersesat

Perumpamaan yang disampaikan Yesus perihal domba yang hilang terkesan sebagai cerita sederhana. Namun makna yang terkandung di dalamnya amatlah dalam. Perumpamaan tersebut sekaligus dapat menjadi teladan bagi para orangtua dalam merawat dan membimbing anakanaknya. Apakah ketika anak kita melakukan kesalahan, kita malah membuang mereka? Apakah kita cenderung membiarkan mereka dalam kesalahan mereka dan malah membuat mereka semakin jauh dari kita karena kita hanya menyalahkan dan menghukum mereka?

4. Membalut yang luka

Pada edisi yang lalu, kita pernah membahas mengenai cara mendidik anak yang baik, agar tidak menimbulkan luka batin. Maka dalam pembahasan kali ini, kita sebagai orangtua kian didorong untuk bisa membalut semua luka-luka batin yang dialami anak kita. Tidak sebaliknya, justru memberikan luka atau menaburkan garam pada luka hati anak kita. Menegur anak yang salah dan tersesat (berbuat dosa) itu adalah tanggung jawab kita. Namun, di sisi lain juga kita juga perlu bertindak sebagai dokter yang siap membalut setiap luka anak kita.

Demikianlah bagaimana kita seharusnya berperan sebagai gembala bagi anak - anak kita. Meneladani dengan setia hal-hal yang telah Allah teladankan bagi kita.

Kiranya Tuhan Yesus senantiasa memberi kita kekuatan untuk selalu berupaya menjadi gembala yang baik bagi anakanak kita. Tuhan Yesus melimpahkan sukacita bagi kita semua sebagai orangtua hebat yang dititipi anak yang berharga dari Allah. Hendaknya kita terus membawa anak kita pada jalan yang Allah kehendaki.