Melayani, melayani lebih sungguh

Melayani, melayani lebih sungguh

Tuhan lebih dulu melayani kepadaku

Melayani, melayani lebih sungguh

Sepenggal lirik lagu yang rasanya tidak asing di pendengaran kita. Sebuah lagu yang menunjukkan komitmen, bahwa kita mau melayani Tuhan lebih sungguh. Melayani merupakan suatu tindakan yang dilakukan seumur hidup, tak lekang oleh waktu. Murid-murid Tuhan Yesus pun melayani, tak terbatas oleh keadaan dan waktu, bahkan mereka melayani sampai di penghujung usia. Berbicara mengenai melayani, Rasul Paulus dalam Surat Filipi 2:1-8 menasihatkan beberapa hal, yaitu:

1. Sehati Sepikir dalam Satu kasih, Satu Jiwa, Satu Tujuan

Sehati, sepikir, dan setujuan merupakan dasar kita melayani. Satu tujuan melayani bagi Tuhan, untuk kemulian Tuhan, bukan kemuliaan bagi diri sendiri. Namun, kita tidak bisa menutup mata, bahwa dalam pelayanan tak jarang kita diperhadapkan pada berbagai tantangan, kesulitan, atau bahkan gesekan dengan rekan sepelayanan. Ketika hal tersebut menghampiri, lihat kembali tujuan dan motivasi pelayanan kita, yakni semata-mata hanya bagi kemuliaan nama Tuhan. Kesadaran itu akan menjadi pendorong untuk kita terus maju melayani, sehati, sepikir, setujuan.

2. Kerendahan Hati dan Tidak Mementingkan Diri Sendiri

Melayani tentu perlu kerendahan hati. Segala yang kita miliki berasal dari Tuhan. Talenta yang Tuhan anugerahkan jangan sampai membawa kita pada kesombongan. Ungkapan lama menyatakan “Hati-hati dengan kesombongan, karena itu akan membawa kehancuran”. Sebagai manusia yang penuh keterbatasan, kita selalu memohon agar Tuhan memperlengkapi pelayanan kita. Melayani bukan untuk memenuhi kepentingan diri sendiri, melainkan belajar untuk menyangkal diri, dan mementingan kepentingan bersama. Maka penting bagi kita untuk menjadi tangan-tangan yang menopang dan melengkapi dalam menjalani pelayanan bersama.

3. Meneladani Yesus yang Melayani

Dasar kita melayani bukanlah karena kehebatan dan kekuatan kita sendiri, melainkan meneladani Yesus yang sudah lebih dahulu melayani. Yesus rela turun ke dalam dunia, mengosongkan diri-Nya, mengambil rupa seorang hamba, menjadi sama seperti umat manusia, dan mau merendahkan diri-Nya untuk melayani umat manusia. Panggilan kita di dunia ini ialah untuk melayani Tuhan dan sesama.

Jika ditanya mengapa banyak orang mau memberi diri melayani, tak jarang orang-orang akan menjawab, “Saya melayani karena meneladani Tuhan, dan karena ada sukacita serta kebahagiaan yang saya rasakan” Ya, memang benar, melayani dapat membawa sukacita dan kebahagiaan tersendiri. Meneladani Tuhan, merasakan sukacita dan kebahagiaan itulah yang menjadi dasar seseorang tetap teguh melayani, dan tidak menyerah/kendur jika diperhadapkan pada berbagai kesukaran serta tantangan pelayanan. Melayani merupakan persembahan diri kita sepenuhnya bagi kemuliaan nama Tuhan dan menjadi berkat bagi sesama.

Pergunakanlah kesempatan hidup ini untuk selalu melayani Tuhan dan sesama, dan ingatlah untuk melayani dari hati. Hati adalah pusat kehidupan manusia, segalanya berasal dari sana. Milikilah hati yang murni dan tulus untuk melayani, hati yang sungguh-sungguh ingin melayani. Disadari atau tidak, seseorang yang melayani dari hati akan terpancar dari energinya, dari semangatnya, dari sikapnya. Ketika melayani dari hati, maka yang terpancar adalah sukacita. Sukacita yang tak hanya dirasakan oleh kita sendiri, melainkan juga dirasakan oleh rekan-rekan lainnya.

Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan. Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia (1 Korintus 15:58).

Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan (Roma 12:11).