Kesaksian ini didasarkan atas pengalaman pribadi saat penulis bersekolah dari jenjang sekolah dasar sampai kuliah, hingga bekerja saat ini.

Masa SD

Saya bersekolah di sekolah dasar negeri pada tahun 1970-an. Sedikit sekali teman yang beragama Kristen, sehingga saya harus menjaga toleransi dalam berteman. Saya sering menceritakan kegiatan saat bersekolah minggu, dan sebaliknya mereka juga menceritakan kegiatan di madrasah. Apabila mengalami kesulitan pelajaran, saya dan teman-teman diperbolehkan datang ke rumah guru untuk belajar. Rumahnya masih berada dalam lingkungan sekolah. Saya merasa guru-guru dan teman-teman sangat baik. Saat itu tidak ada pelajaran agama Kristen di sekolah. Untuk mengisi nilai agama dalam rapor, saya harus meminta ujian dari sekolah minggu. Kami juga diajarkan menjaga kebersihan kelas dan halaman sekolah. Upacara sekolah dilakukan setiap minggu. Petugas upacara ditunjuk secara bergiliran. Semua murid pernah merasakan tugas yang berbeda-beda dalam upacara. Setiap perayaan hari nasional, kami menggunakan pakaian daerah dan berkeliling seputar sekolah. Pengalaman terbaik saya adalah mengikuti upacara di istana dan peresmian Taman Mini Indonesia Indah (TMII). Salah satu pengalaman menarik yang tidak terlupakan, saya dan teman-teman pernah belajar di atas meja saat terjadi banjir besar di sekolah.

Masa SMP

Dalam kurun waktu yang sama, saya melanjutkan sekolah ke SMP negeri favorit. Kebetulan beberapa teman SD diterima di SMP yang sama. Saya bersyukur karena di sini ada pelajaran agama Kristen di luar jam sekolah. Saya bertemu dan berteman dengan cukup banyak teman-teman Kristen. Di sekolah ini, saya menemui pengalaman yang tidak menyenangkan. Saya bertemu dengan teman perempuan yang sering meminta uang jajan secara paksa. Sebenarnya ini dilakukannya karena kurang perhatian. Walaupun begitu, saya tetap mencoba bersahabat dan mendoakannya. Saya juga sering mendapat ancaman dari teman laki-laki yang membawa narkoba. Mereka meminta saya merahasiakan hal tersebut, bahkan mengancam saya dengan kalajengking yang mereka keluarkan dari toples ke hadapan saya. Saya merasa tidak nyaman, tetapi tidak mampu berbuat apa-apa. Yang saya lakukan hanyalah mencoba berdamai dengan keadaan. Saya harus bisa bersahabat dengan teman-teman yang kurang menyenangkan. Saat pelajaran agama, saya diperbolehkan untuk keluar kelas. Namun hanya saya sendiri yang beragama Kristen. Saya memilih untuk tetap tinggal di kelas dan menjadi pendengar. Di tahun berikutnya, barulah saya mendapati teman yang seiman. Saya memilih keluar kelas dan menghabiskan waktu dengan mengobrol di kantin.

Masa SMA

Pada tahun 1980-an, orang tua memasukkan saya ke SMEA swasta, setelah menamatkan pendidikan SMP. Di sekolah ini saya mendapatkan banyak teman seiman. Peraturan sekolah saat cukup ketat, namun sering kali terjadi tawuran antar sekolah pada masa itu. Saya bersyukur, Tuhan terus memimpin saya dalam berteman, dan tidak mengikuti kenakalan teman-teman lainnya.

Masa Kuliah

Saat kuliah, saya banyak bergaul dengan teman-teman dari berbagai agama, suku, budaya dan lingkungan. Hal ini sangat menguntungkan, membuat saya banyak belajar tentang keberagaman dan toleransi. Teman-teman yang berbeda agama pun mengerti akan kegiatan saya di gereja, serta berusaha menjaga toleransi. Kami mampu beraktivitas ataupun mengadakan kegiatan bersama, tanpa mengganggu kegiatan saya di gereja. Bahkan kami tetap menjaga persahabatan sampai sekarang.

Masa Kerja

Dalam dunia kerja, saya menghadapi tantangan tersendiri. Saat saya membawahi teman-teman yang berbeda kepercayaan atau gender, sering kali mereka menolak. Hal ini tampak dari sikap atau protes yang mereka lakukan saat bekerja. Tujuan mereka, agar saya menjadi tidak betah ataupun sekedar ditegur atasan. Untungnya, saya bukanlah orang yang mudah menyerah. Saya memilih untuk bersabar sehingga mampu menghadapi semuanya. Hal ini tentu tidak lepas dari campur tangan Tuhan. Saya percaya dengan tuntunan Tuhan, saya mampu melewati semua ini. Bahkan saat bekerja pun, saya masih menyempatkan diri untuk melanjutkan pendidikan, dengan mengikuti kuliah malam.

Saya bersyukur, karena di tempat saya bekerja selalu diadakan persekutuan bagi karyawan yang beragama Kristen. Di dalam setiap hal yang kita kerjakan untuk Tuhan, Tuhanlah yang akan memimpin. Janganlah takut bersaksi akan apa yang kita alami dan lewati. Tuhan Yesus memberkati.