Nowela Elisabeth Mikhelia Auparay, demikian nama lengkapnya, dilahirkan di Wamena, 19 Desember 1987. Ia adalah anak pertama dari empat bersaudara, pasangan Alex David Zakaria Auparay yang berdarah Papua dan Rida Rumiris Eli Nondang Sinaga yang berdarah Batak.

Sang ayah adalah pendeta Gereja Kristen Injili di Papua, yang juga melayani sebagai ketua klasis. Sang ibu adalah seorang motivator PGI yang dikirim untuk menjalani misi di pedalaman Papua. Keduanya memiliki kecintaan yang kental akan tanah Papua. Nowela kecil lahir dan menghabiskan masa kecilnya di tanah kelahirannya. Keluarga sederhana ini tinggal di pastori, dan anak-anak ini dibesarkan dengan nilai-nilai kristiani yang kuat. Nowela sudah menyanyi sejak usia dini, dan selalu dilibatkan dalam acara-acara gereja. Seluruh Indonesia mulai mengenal Nowela, saat ia menjadi juara dalam ajang pencarian bakat Indonesian Idol musim ke-8, di tahun 2014. Kemenangan Nowela juga dirasakan sebagai kebanggaan dan kemenangan Papua, bahkan mampu mengangkat nama Papua di tingkat nasional.

Masa Kecil dan Remaja

Duduk di kelas 4, Nowela menjalani kehidupan yang jauh berbeda ketika selama lima tahun tinggal di Salatiga, mengikuti kedua orang tuanya, yang menjalani pendidikan lanjutan. Untuk pertama kalinya, ia diperhadapkan pada banyak perbedaan. Ia merasa tidak punya teman, merasakan verbal abuse, di-bully, karena berkulit hitam dan berambut keriting. Belum lagi nilai-nilainya jauh tertinggal dibandingkan teman-teman sebayanya. Jika tadinya di Papua ia menempati peringkat pertama, di Salatiga ia hanya mendapatkan peringkat ke-25 sampai ke-27. Jika di Papua ia bisa menjadi penyiar radio cilik, menyanyi di mana-mana, di Salatiga ia merasa bukan siapa-siapa. Karena pengalaman ini, Nowela tumbuh menjadi anak yang rendah diri, insecure, senantiasa membandingkan dirinya dengan orang lain.

Perlahan-lahan, dia percaya dirinya buruk rupa. Ia begitu rendah diri sampai-sampai tidak mau mengenakan gaun, karena baginya gaun hanyalah untuk mereka yang cantik. Di tahun 2002, Nowela mendapatkan beasiswa bersama sekitar 72 anak Papua berprestasi lainnya dari Departemen Pendidikan Pusat, untuk melanjutkan pendidikan di Pulau Jawa. Ia bersekolah di SMUN 1 Sidoarjo, kali ini tanpa didampingi keluarganya. Di masa itu, adalah hal yang lumrah dan wajar bagi anak-anak Papua seusianya untuk merantau demi mendapatkan pendidikan yang lebih baik. Selama di Sidoarjo, ia dititipkan oleh kepala sekolah untuk tinggal di rumah salah seorang gurunya.

Bersekolah di tempat yang terpisah ribuan kilometer dari keluarganya, memerlukan waktu lima jam perjalanan dengan pesawat, diakuinya sebagai masa pembentukan karakter yang sangat berarti baginya. Saat itu ia hidup hanya berdasarkan hikmatnya sendiri, dan hanya mencari Tuhan jika ia merasa butuh. Setelah menamatkan SMA, Nowela berkuliah di FISIP Universitas Airlangga. Sayang kuliahnya hanya dijalani selama tiga semester, dan tidak pernah diselesaikannya, karena dunia menyanyi terlalu memikat untuknya.

Indonesian Idol

Drop out dari kuliah dan memilih untuk menggeluti hidup sebagai penyanyi, membuat kedua orang tuanya kecewa. Sebenarnya ia diharapkan dapat menyelesaikan kuliah dan membantu adik-adiknya. Orang tuanya pun menarik dukungan finansial. Nowela bertahan hidup dengan menjalani kehidupan sebagai penyanyi kafe bersama band-nya, lengkap dengan hura-hura kehidupan malam selama hampir tujuh tahun. Kejenuhan menghampirinya ketika ia memikirkan kelanjutan karirnya sebagai penyanyi. Sempat ia berdoa sambil menangis di kamar kecil sebuah kafe di Bali. Jika Tuhan memang menganggap ia bertalenta menyanyi, ia rindu agar talentanya itu diakui secara layak, tidak hanya seperti yang sedang dijalaninya saat itu. Melihat Regina Ivanova berhasil menjuarai Indonesian Idol musim ke-7 di tahun 2012, setelah tujuh kali mengikuti audisi dan enam kali ditolak, semangatnya timbul. Sebelumnya ia sudah gagal dua kali, dalam audisi di tahun 2005 dan 2007. Di tahun 2013, ia pun mendaftar kembali.

Saat itu usianya sudah mendekati 26 tahun, batas akhir usia sebagai kontestan. Ia tidak berani memberi tahu orang tuanya, karena takut mengecewakan mereka lagi setelah kuliahnya gagal. Ia pun tidak berharap banyak, karena ia seorang yang pesimis dan rendah diri. Harapannya, paling tidak setelah mengikuti lomba ini, ia bisa menjadi backing vocal para artis.

Dengan demikian, ia tidak harus kembali ke Papua, bekerja sebagai pegawai kantoran. Tidak lama setelah mendaftar, ia pun dipanggil untuk mengikuti audisi. Babak demi babak audisi yang dijalaninya berlalu sedemikian cepat dan lancar, bagaikan mimpi. Seperti tertulis dalam Wahyu 3:8a, “Aku tahu segala pekerjaanmu: lihatlah, Aku telah membuka pintu bagimu, yang tidak dapat ditutup oleh siapa pun”. Setelah masuk ke babak 15 besar, barulah orang tuanya diberi tahu, karena di babak tersebut, diperlukan berkas kartu keluarga untuk membuktikan statusnya sebagai warga negara Indonesia. Keluarganya pun heboh karena tiba-tiba ia tampil di televisi, dan memberikan dukungannya.

Tanggal 23 Mei 2014, Tuhan menjawab doa Nowela, saat ia diumumkan menjadi juara Indonesian Idol musim ke-8, setelah mengalahkan Husein Alatas di babak final. Nowela sungguh meyakini hal itu sesuai dengan firman Tuhan dalam 1 Korintus 2:9a, “Tetapi seperti ada tertulis: ‘Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia’”. Indonesian Idol sungguh mengubah hidup Nowela. Selain memulihkan hubungan dengan kedua orang tuanya, kemenangannya ini juga membuat mimpinya menjadi nyata.

Kini ia memiliki pekerjaan yang menurutnya terbaik di dunia, dibayar untuk melakukan hobinya, hal yang sungguh-sungguh menyenangkan jiwanya. Serangkaian jadwal padat langsung menanti setahun ke depan, walaupun saat itu ia masih buta akan industri musik Indonesia.

Tuhan Menyentuh Nowela

Tahun 2015, Nowela membeli rumah di daerah Bekasi, satu cluster dengan Regina Ivanova yang merupakan idolanya. Di tahun 2016, ia pindah ke rumah yang masih ditempatinya sampai sekarang. Atas ajakan Regina, ia mulai mengikuti penelaahan Alkitab bersama komunitasnya, untuk belajar menghidupi firman Tuhan dan mengenal Tuhan dalam kehidupannya. Di sinilah ia merasa Tuhan menginginkan lebih dari dirinya. Ia merasa beruntung karena bertemu komunitas iman yang membuatnya terus bertumbuh dalam iman dan pengharapan.

Pada bulan Januari 2017, ia mengambil keputusan untuk sungguh-sungguh menjadi Kristen dan hidup menyenangkan hati Tuhan. Ia menyadari Tuhan terus menyertai, membentuk, dan menyempurnakan caranya memandang dunia dan masalah. Bagaikan pohon anggur, ia rela dipangkas dan dibentuk, agar terus menghasilkan dan berbuah lebat. Awal tahun 2021, Nowela mengalami depresi selama tiga bulan, yang membuatnya harus mencari bantuan dari tenaga profesional. Ia tidak mengerti mengapa ia sering merasa sedih dan kosong, walaupun sudah memiliki hubungan yang baik dan akrab dengan Tuhan. Hal ini sangat melelahkannya secara mental. Melalui konseling yang dijalaninya, ia pun “menemukan diri sendiri”. Barulah ia mengerti, mengapa selama ini mudah tersinggung. Itu karena sejak kecil ia sering di-bully, dimaki-maki, dan mendapatkan ucapan yang menyakitkan.

Selama 33 tahun, ia tidak pernah memproses perasaannya. Bahkan saat memenangi Indonesian Idol pun, ia tidak merasa luar biasa senang. Itu karena ia tidak terbiasa mengungkapkan perasaannya, susah mengenali emosinya sendiri. Kini ia diajari untuk lebih mengenali emosi dan mengungkapkannya. Selama ini ia menjalani kehidupannya sebagai sebuah rutinitas yang berjalan serba cepat, tanpa merasa perlu istirahat. Konseling ini mengubah caranya memandang diri. Ia pun belajar menghargai diri dengan menyediakan waktu tenang dan istirahat. Dengan demikian, ia dapat menikmati kehidupan. Melalui konseling, ia pun dapat menemukan jati diri yang utuh, dan belajar menerima diri sendiri. Mengetahui tujuan hidupnya dalam Tuhan, ia bisa lebih produktif dalam mengerjakan talentanya. Lewat peristiwa ini, ia menyadari Tuhan sungguh luar biasa dalam menuliskan detail-detail kehidupan setiap orang.

PON XX Papua 2021 Nowela kembali menjadi buah bibir saat menyanyi dalam acara opening ceremony perhelatan akbar PON XX Papua, pada tanggal 2 Oktober 2021 di Stadion Lukas Enembe, Jayapura. Acara ini disaksikan langsung oleh hampir 5000 orang, termasuk Presiden Jokowi. Tampil bersama artis-artis berdarah Papua lainnya, Edo Kondologit dan Michael Jakarimilena, ia menyanyikan lagu “Aku Papua”, membuat dirinya terharu dan bangga akan tanah kelahirannya. Pengalaman ini unik, karena sebelumnya, di awal tahun itu ia mengalami depresi. Oleh konselornya yang juga Kristen, ia dibantu melihat bahwa Tuhan begitu mengenal dirinya. Tuhan bahkan tahu jumlah rambutnya. Ia bisa melihat, Tuhan memandangnya berharga. Kelak setelah tua dan berambut putih, Tuhan pun tetap menggendong dia.

Lirik yang dinyanyikannya dengan bangga itulah yang dahulu membuat dia di-bully. Klausa “hitam kulit, keriting rambut, aku Papua,” benar-benar dihayatinya, hingga ia menyanyi sambil bercucuran air mata. Tanpa mengalami proses konseling, tidak mungkin ia bisa menyanyikannya. Lagu itu seolah menjadi lagu kebangsaan orang Papua. Tidak hanya ketiga penyanyinya, semua orang di stadion itu berdiri dan menyanyi sambil menangis. PON XX ini mengangkat citra Papua. Panggungnya berskala internasional. Tak kurang dari 50 orang dari Amerika didatangkan untuk mempersiapkan panggung itu. Momen itu menjadi momen kebanggaan orang Papua. Kini dan Nanti Kini Nowela meyakini pilihan hidupnya sebagai penyanyi sangatlah tepat. “Tidak ada yang lebih benar dari ini,” katanya, “Siapakah saya? Saya yang tidak memiliki kekuatan apa pun, namun semua ini terjadi secara ajaib, karena panggilan hidup yang sudah digariskan Tuhan!” Baginya, Tuhan menciptakan setiap manusia dengan jalannya masing-masing. Tujuan hidup kita hanyalah sebagai duta kasih Tuhan kepada setiap orang di dunia. Ia merasa terhormat, bisa hidup sebagai anak-Nya, dengan jalan hidup yang unik dan luar biasa.

Atas anugerah-Nya semata, ia bisa menjadi perempuan Papua pertama yang menjuarai Indonesian Idol, sesuatu yang tidak pernah terpikirkan olehnya. Pada bulan Agustus 2023, Nowela mendapatkan beasiswa untuk kuliah psychological counseling (bimbingan konseling) di salah satu politeknik di Jakarta. Ini adalah kesempatan kedua baginya. Tak pernah terbayangkan sebelumnya, ia akan kuliah lagi setelah 18 tahun meninggalkan pendidikannya. Ini juga merupakan jawaban doa atas apa yang Tuhan inginkan darinya di masa depan. Ia sendiri sangat terkejut bisa tertarik pada hal selain musik. Bidang ini dipilih karena ia merasa telah menerima manfaat besar dari konseling. Memang cukup sulit saat dijalani, karena harus berkuliah dan mengerjakan tugas di tengah segala kesibukannya sekarang. Selain kuliah, Nowela tetap aktif dalam bermusik, bahkan berkesempatan untuk menyanyi di Kanada dan Amerika Serikat, memperkenalkan budaya Papua. Saat ini ia sedang mengerjakan album mini nya, dan menyiapkan lagu-lagu untuk rencana tiga tahun ke depan. Nowela bercita-cita, kelak bisa mengadakan konser tunggal. Berbalik kepada Tuhan sangat mempengaruhi seluruh aspek hidup Nowela.

Baginya firman Tuhan dalam Kolose 3:23, “Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia,” menjadi ayat pegangan dan keyakinannya. Ia selalu berusaha untuk memberi yang terbaik. Dalam bermusik, jika memang perlu anggaran lebih, jika perlu merekrut pemain musik yang kualitasnya sangat baik, akan diusahakannya. Jika perlu syuting video clip di luar kota, akan diusahakannya. Ia bersedia berusaha ekstra keras dalam segala sesuatu. Di gerejanya, Nowe terlibat dalam pelayanan kaum muda, sebagai leader kelompok sel dan pengajar bible study. Kalau dulu ia yang diajar, sekarang ia menjadi pengajar, untuk membuat orang mengenal Tuhan melalui penelaahan Alkitab. Kadang ia pun heran, di tengah segala kesibukannya menyanyi, ia masih bisa punya waktu untuk melayani, melakukan pemuridan, menjadi pembicara, dll.

Nowe meyakini, ketika kita bersedia melayani sesama, maka Tuhan jugalah yang akan memampukan kita. Nowe juga aktif dalam organisasi swadaya masyarakat, salah satunya HOPE Worldwide Indonesia, yang berfokus pada anak-anak, terutama yang berkebutuhan khusus dan kekurangan gizi. Mereka juga cepat tanggap melakukan penggalangan dana saat terjadi bencana. Di organisasi tersebut, Nowe terlibat aktif sebagai story teller, berkeliling ke berbagai SD negeri untuk melakukan story telling, dan rutin mengunjungi keluarga-keluarga yang dibantu secara khusus oleh HOPE. Menutup wawancara, Nowela berpesan, “Saya adalah bukti nyata kalau Tuhan bisa bekerja melalui siapa pun di muka bumi ini. Tuhan telah memakai saya yang bukan siapa-siapa, yang dibesarkan di tengah keluarga yang sangat sederhana, lewat jalan hidup yang digariskan-Nya secara luar biasa, mampu membawa kebudayaan daerah saya dikenal seluruh dunia. Siapa pun kita, Tuhan dapat memakai kita, asal sungguh-sungguh menempatkan Tuhan sebagai fokus dan prioritas kita.”