Apa sih yang terpikir dalam benak kita ketika mendengar kata move on? Di kalangan anak muda, kata move on mungkin identik dengan saat kita sudah tidak lagi cocok dengan pasangan kita, sehingga daripada kita hanya terus bersedih, lebih baik kita melupakan masa lalu, agar dapat melanjutkan kehidupan di masa depan.

Menurut arti katanya sendiri, move on memang berarti berpindah atau berjalan terus.

Namun ketika ingin move on, bukankah harus ada usaha yang perlu kita lakukan? Bagaimana kalau kita tidak dapat move on? Sebagai seorang yang duduk di atas kursi roda, ada masa-masa di mana aku merasa sulit untuk move on. Aku merasa, bahwa ketika kita dalam kondisi fisik yang tidak normal, banyak hal yang tidak dapat dilakukan dengan mudah.

Pada dasarnya, Tuhan menciptakan manusia seturut gambar dan rupa Allah (Kejadian 1:26-27), sehingga setiap manusia adalah unik. Tidak ada manusia yang sama, baik secara fisik maupun hal lainnya. Sekalipun mungkin tak jarang orang berpikir, bahwa orang kembar itu dua pribadi yang memiliki kesamaan, namun setiap pasangan saudara kembar pun pasti memiliki perbedaan, yang dapat terlihat secara langsung maupun tidak.

Lalu, apa sesungguhnya maksud Tuhan dengan setiap keunikan kita? Efesus 2:10 mengatakan, “Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya.”

Sejak awalnya, sebenarnya Tuhan telah merancang segala sesuatunya, termasuk panggilan hidup kita, dan inilah yang perlu digumuli setiap manusia. Menggumuli panggilan hidup bukanlah hal yang mudah. Bahkan, tak jarang ada manusia yang merasa, bahwa apa yang kita jalani tidak sesuai dengan apa yang Tuhan inginkan, dan tidak sesuai dengan kemampuan kita. Padahal, jika Tuhan menghendaki kita melakukan sesuatu, maka Dia pun akan memampukan kita. Dia rindu kita dapat selalu berserah dan hidup di dalam-Nya.

Kegagalan dalam memenuhi panggilan Tuhan pun kerapkali kualami. Misalnya, ketika kuliah, aku merasa bahwa aku telah salah memilih jurusan. Aku menginginkan untuk mengambil jurusan ilmu komunikasi, tapi saat mendaftar, aku malah mengambil jurusan manajemen.

Kata orang, jurusan yang kuinginkan itu tidak mudah, karena akan sering ada kuliah praktik. Lagi pula, saat itu aku kurang mengetahui, bahwa di kampusku sebenarnya tersedia jurusan yang kuinginkan. Jika pun saat itu aku tahu, kupikir akan sulit menjalani kuliah praktik, jika sistem pembelajarannya jarak jauh. Aku pun tidak jadi mengambil jurusan tersebut.

Lalu, apakah ini adalah kesalahan Tuhan? Apakah aku harus terus menyesali kesalahan ini? Kesalahanku memilih jurusan memang karena sebelumnya aku belum mengenal Tuhan lebih dalam, sehingga aku pun tidak berserah kepada-Nya, namun satu hal yang aku sadari, bahwa rancangan-Nya adalah rancangan terbaik. Mengapa demikian? Karena meskipun jurusan ini bukanlah bidang kemampuanku, tapi aku dapat menjalani tiap semester dengan baik.

Di semester 5, kuliahku harus tertunda satu semester karena aku harus diopname. Namun dengan peristiwa itu, kini aku dan keluargaku malah dapat lebih dekat dengan Tuhan dan lebih aktif di gereja. Sesungguhnya Tuhan memang telah menetapkan rancangan-Nya bagi kita, tetapi kita juga punya andil dalam mengambil keputusan.

Jadi bila kita ternyata salah mengambil keputusan, apakah kita tidak akan move on? Tulisan ini akan terus menjadi refleksi pribadi untukku, sebab setiap kita adalah pribadi yang memiliki keunikan di mata-Nya. Oleh karena itu, jika kita melakukan kesalahan, cobalah untuk move on dalam keunikan kita!

Tuhan Yesus memberkati kita semua