PENDAHULUAN

UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) memiliki kontribusi besar dan krusial bagi perekonomian Indonesia. Ada sebesar 121 juta tenaga kerja yang berada dalam naungan UMKM. Angka tersebut setara dengan 96% dari total tenaga kerja Indonesia yang sebanyak 170 juta angkatan kerja. Dengan angka itu UMKM sebenarnya merupakan jaring pengaman, terutama bagi masyarakat berpendapatan rendah untuk menjalankan kegiatan ekonomi produktif. Ketua Asosiasi UMKM Indonesia Muhammad Ikhsan Ingratubun mengatakan data per 2018 sektor UMKM menyumbang Rp8.400 triliun terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Angka tersebut setara dengan 60% dari Rp14.000 triliun PDB Indonesia di 2018. UMKM selama 10 dekade belakangan ini mengalami pertumbuhan rata-rata 5% setiap tahunnya.

Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), usaha kecil didefinisikan sebagai kegiatan ekonomi produktif yang berdiri sendiri. Usaha ini dilakukan perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar serta memenuhi kriteria lain. Dalam UU tersebut juga dijelaskan perbedaan kriteria UMKM dengan Usaha Besar.

1. Usaha Mikro: aset maksimal Rp 50 juta (tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha) dan omzet maksimal Rp 300 juta per tahun.

2. Usaha Kecil: aset lebih dari Rp 50 juta - Rp 500 juta (tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha) dan omzet maksimal lebih dari Rp 300 juta - Rp 2,5 miliar per tahun.

3. Usaha Menengah: aset lebih dari Rp 500 juta - Rp 10 miliar (tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha) dan omzet lebih dari Rp 2,5 miliar - Rp 50 miliar per tahun.

4. Usaha Besar: aset lebih dari Rp 10 miliar (tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha) dan omzet lebih dari Rp 50 miliar per tahun.

WABAH PANDEMI: PERUBAHAN WAJAH KONSUMEN DAN UMKM

Banyak pakar memperkirakan sistuasi pandemi ini akan berlangsung lama, paling tidak 2 (dua) tahun hingga ada vaksin yang efektif. Tidak sedikit pakar yang berpendapat kemungkinan vaksin tidak akan ditemukan mengingat keunikan dan kecepatan virus ini bermutasi, sehingga kita harus belajar berdamai dan menerima kondisi ini sebagai new normal untuk masa tidak terbatas. Kehadiran wabah pandemi ini bukan hanya berdampak pada kesehatan seseorang, namun juga sangat berdampak terhadap keberlangsungan UMKM.

Menurut data dari Menteri Koperasi dan UMKM, Teten Masduki, dijelaskan ada sebanyak 47 persen usaha mikro. kecil, dan menengah (UMKM) harus gulung tikar karena terdampak pendemi virus COVID-19. Para pelaku UMKM terkendala dari sisi supply karena terganggunya distribusi selama masa pandemi Covid-19. Selain itu, perubahan perilaku konsumen menyebabkan pelemahan dari sisi permintaan semakin menekan keberlangsungan UMKM dalam negeri.

Menurut Menteri Koperasi dan UMKM, semua UMKM sedang berhadapan dengan 5 kondisi sebagai berikut, yakni:

1. Penurunan Penjualan

Sebanyak 774 koperasi dan UMKM atau setara dengan 68% mengaku bahwa penjualan mereka mengalami penurunan drastis sejak wabah COVID-19. Penurunan ini pun turut dirasakan di berbagai kota di Indonesia, seperti DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur, Yogyakarta, Sumatera Barat, Sumatera Utara, Bengkulu, Riau, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Bali, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, hingga Sulawesi Utara. 

2. Kesulitan Mendapatkan Bahan Baku

Selain mengalami penurunan penjualan, para pelaku UMKM tersebut juga mengaku kesulitan mendapatkan bahan baku karena kegiatan impor yang dibatasi. Tercatat, ada sekitar 63 koperasi dan UMKM (6%) mengeluhkan kesulitan bahan baku. Hal ini terjadi di DKI Jakarta, Banten, DIY, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Jawa Timur.

3. Terhambatnya Distribusi

Sebanyak 111 koperasi serta UMKM (setara 10 persen) mengungkapkan bahwa distribusi yang mereka lakukan menjadi terhambat, terlebih saat sudah ada penerapan PSBB di wilayah masing-masing. Tentu saja hal ini membuat pengiriman atau penerimaan barang kepada konsumen menjadi terlambat.

4. Kesulitan Permodalan

Tercatat, sebanyak 141 koperasi dan UMKM (12 persen) mengeluhkan bahwa mereka mengalami masalah permodalan. Hal ini terjadi DKI Jakarta, Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Selatan, dan beberapa kota di daerah Indonesia lainnya. 5. Terhambatnya Produksi Sebanyak 42 koperasi serta UMKM (4 persen) mengungkapkan bahwa produksi mereka menjadi terhambat dengan adanya wabah virus korona (COVID-19) seperti sekarang ini, salah satunya adalah kesulitan mendapatkan bahan baku. Hal ini terjadi di DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan beberapa kota lainnya juga di Indonesia.

5 JURUS QUICK WIN RESPOND DI MASA PANDEMI

Menyikapi situasi ini, perlu ada quick win respond yang efektif untuk mengatasi persoalan ini. Para pemilik bisnis UMKM harus siap sedia dalam mengantisipasinya agar usahanya tetap produktif dan tidak sampai gulung tikar.

Berikut kami sajikan 5 jurus quick win respond untuk para pelaku UMKM di masa pandemi. Jaga posisi dana tunai. Arus kas menjadi unsur paling penting dalam bisnis sehingga pemilik usaha harus mampu mengelola uang tunai secara optimal.

Pertama, cash is the king. Jangan habiskan uang Anda dalam bentuk barang. Pastikan likuiditas untuk keperluan emergensi tetap ada. Tunda kewajiban apa pun yang bisa ditunda. Negosiasikan secara terbuka termasuk kewajiban kepada supplier dan perbankan. Turunkan biaya operasi usaha, analisa pemotongan biaya yang tidak perlu dan pisahkan keuangan usaha dengan keluarga atau pribadi. Pisahkan juga untuk pengeluaran yang tidak bisa ditunda, seperti gaji karyawan dan kebutuhan operasional. Di saat bersamaan cari tahu stimulus-stimulus dan kebijakan yang dikeluarkan pemerintah demi membantu kelangsungan bisnis selama pandemi COVID-19 termasuk keringanan pajak dan mendapatkan bantuan modal. Gunakan internet untuk melakukan pencarian berita dan hubungi pihak yang dapat dipercaya untuk mendapatkan konfirmasi.

Kedua, fokus pada kebutuhan konsumen. Temukan kebutuhan baru konsumen yang dapat Anda tawarkan sebagai solusi. Anda perlu pelajari perubahan perilaku konsumen di masa. Gunakan prinsip “Kita tidak bisa mengendalikan angin, tetapi kita bisa mengendalikan perahu yang kita tumpangi”. Review asumsi profil pelanggan Anda, produk dan layanan yang Anda tawarkan apakah sudah sesuai dengan perubahan perilaku konsumen di masa pandemi yang mengutamakan online delivery, sterilisasi dan tidak mau kontak fisik?

Ketiga, ambil langkah berani bertransformasi menjadi go online dan meningkatkan pemasaran online pada setiap produk Anda dan berikan harga terbaik serta memanfaatkan media sosial agar ada komunitas yang menyadari kehadiran produk atau solusi yang Anda tawarkan. Diprediksi tahun 2020, ada 6 juta UMKM yang akan berhasil go digital, artinya jumlah UMKM yang berkemampuan e-commerce meningkat menjadi 10-12 persen yang mendorong tambahan 12 persen kontribusi UMKM ke PDB hingga 70% . Transaksi e-commerce dunia tumbuh 20,2 persen per tahun. Tahun 2020 nilai transaksi online di Indonesia diperkirakan meningkat 9 kali lipat menjadi Rp1.850 triliun, dibanding tahun 2015 yang hanya Rp 200 triliun. Pandemi secara cepat telah mengubah perilaku konsumen. Dengan diberlakukannya PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) dan WFH (Work From Home), semua perilaku konsumen juga dengan otomatis berubah. Hasil survey online MarkPlus Inc. atas 124 responden menjelaskan bahwa secara harian, 38,7 % pengguna transportasi online menurun selama pandemi.

Secara mingguan, pembelian bahan makanan seperti daging, buah dan sayur dilakukan melalui aplikasi meningkat 11,3 % . Kelas atau kursus yang diikuti secara online meningkat 13,7 %. Secara bulanan, penyaluran donasi secara online melonjak hingga 10,5%. Pembelian obat-obatan meninggi hingga 5,6%. Pengunduhan aplikasi baru e-commerce meningkat 48.9%. Ada tiga komoditas yang paling banyak dicari pelanggan di pasar digital selama wabah yakni: bahan makanan seperti daging, sayur-sayuran dengan sebesar 79,4%; makanan dan minuman sebanyak 68,4% dan produk obat-obatan dan kesehatan sebesar 49%. Data dari hasil survey MarkPlus semakin menegaskan pilihan Go Online menjadi sebuah keharusan bagi UMKM yang ingin bertahan. Agar dapat efektif mengembangkan bisnis secara online, berikut elemen-elemen penting yang harus diperhatikan bagi para pelaku UMKM, sbb:

1. Persiapan katalog produk yang berisikan deskripsi, foto, dan ketersediaan barang. Pembuatan katalog yang menarik dan rapih akan menambah daya beli masyarakat;

2. Alokasi tim untuk eksekusi go online. Tim yang ideal biasanya memiliki tim foto produk, tim desain grafis, admin sebagai penerima pesanan, tim pengatur laporan keuangan, dan tim packing serta shipping;

3. Komunikasi yang konsisten. Adanya interaksi dengan calon pembeli sangat penting guna menimbulkan kepercayaan dan kenyamanan. Manfaatkan media sosial  untuk membangun kesadaran dan komunitas produk Anda. 

4. Memanfaatkan platform seperti IG bisnis, Facebook bisnis, Google, Tokopedia, Bukalapak, Lazada, Shopee, Chilibeli, Agromart untuk beriklan. Ketika berbisnis secara digital, maka iklan secara digital harus diutamakan;

5. Berkolaborasi dengan bisnis lain. Di ranah digital, kolaborasi antar sesama penjual online akan menambah promosi produk yang kita miliki. Anda dapat memperbanyak katalog produk Anda dengan membangun kolaborasi seperti menjadi dropshipper atau reseller tanpa perlu modal yang besar. 

Keempat, update keterampilan dan pengetahuan potensial masa depan agar dapat berinovasi. Masuk dan berhimpun dalam grup komunitas sebagai sarana untuk update situasi dan mengembangkan jejaring dan bisnis. Gunakan waktu untuk belajar hal-hal baru. Ambil waktu membangun jejaring dan kolaborasi untuk berinovasi atau mencari hal baru, baik di level produk maupun pelayanan sesuai perubahan preferensi dan perilaku konsumen. Anda perlu mempertimbangkan mencoba produk atau jasa baru tentu dengan modal yang seminimal mungkin.

Kelima, temukan mentor dan coach yang dapat dipercaya untuk membantu memotivasi Anda sekaligus mengevaluasi apakah strategi Anda sudah tepat. Jaringan dari mereka seringkali akan sangat berguna dalam membantu dalam memperkuat dan mengembangkan bisnis Anda pada tingkatan yang lebih tinggi. Anda dapat menemukannya dengan menghadiri webinar, mencarinya di internet, atau berkomunikasi langsung lewat IG dan media sosial yang biasanya aktif dipakai.

PENUTUP

Sebagai orang percaya kita meyakini bahwa Allah adalah Allah yang penuh kasih dan yang sepenuhnya berdaulat dalam situasi apapun yang terjadi. Dalam Roma 8 :38- 39 Paulus mengingatkan kita bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, atau kuasa-kuasa yang ada di atas maupun yang ada di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.” Di pasal yang sama Paulus meyakinkan kita sekali lagi tentang kedaulatan dan kreativitas Allah kita dengan kalimat “Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah” (Rm 8:28). Situasi pandemi ini sekalipun mendatangkan banyak krisis sesungguhnya adalah cara Allah untuk mendatangkan kebaikan dengan memperlihatkan rahasia dari kecukupan kasih karuniaNya terhadap orang-orang yang mau hidup di dalam panggilan.

Penulis adalah Dosen Entrepreneurship Business School UPH (Bagi pelaku UMKM yang membutuhkan konsultasi di masa pandemi penulis dapat dihubungi di This email address is being protected from spambots. You need JavaScript enabled to view it.