Sebenarnya apa sih kesengsaraan itu? Menurut agama Hindu dan Buddha, “sengsara” berarti kelahiran kembali di dunia: derita, siksaan, atau keadaan yang papa. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, arti kata “sengsara” adalah kesulitan, kesusahan hidup, atau penderitaan. Kesengsaraan bias berawal dari salah langkah dalam memulai hal baru, dan cenderung terjadi jika kita terburu-buru mengambil keputusan, tanpa berpikir panjang.

Dalam Ibadah Kamis Putih pada tanggal 06 April 2023, yang diselenggarkan pada pk. 19.30, dengan tema utama “Melangkah di Jalan Kesengsaraan,” kita dapat mempelajari banyak hal baru dari tujuh tokoh yang memainkan karakter masing-masing secara singkat. Dibuka dengan lagu “Berbaliklah kepada Tuhan”, ibadah pun dimulai. Tokoh pertama yang ditampilkan adalah Yudas Iskariot. Yudas Iskariot termasuk salah seorang rasul Tuhan yang dipilih oleh Kristus, dan bertugas sebagai bendahara. Di sinilah awal mula penderitaan Tuhan dimulai, akibat munculnya penyesalan yang terlambat saat menyerahkan Yesus, sehingga Yesus harus disalibkan. “Dan mereka akan menyerahkan Dia kepada bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, supaya Ia diolok-olok, disesah dan disalibkan dan pada hari ketiga Ia akan dibangkitkan” (Matius 20:19).

Tokoh kedua adalah Simon Petrus, tokoh yang sudah menyangkal Yesus sebanyak tiga kali sebelum ayam berkokok. Sebelumnya Petrus bersikeras, bahwa dia adalah murid yang paling setia dan berbakti kepada Tuhan, namun kenyataaannya berbanding terbalik.

Tokoh selanjutnya juga memiliki peran penting dalam kesengsaraan Tuhan adalah Pontius Pilatus. Letak kesalahan Pilatus yang utama adalah ia tahu bahwa Yesus tidak bersalah dan bahkan berusaha membebaskan Yesus, namun karena lebih memilih jabatan dan harta kekayaan daripada menyelamatkan Yesus, ia lalu cuci tangan dan menyerahkan-Nya ke warga sekitar (Yohanes 19:4).

Selanjutnya, ada Simon dari Kirene, seorang pribadi yang menyadari betapa pentingnya keberadaan Yesus dalam hidup kita. Dalam prosesi penyaliban Yesus, ia membantu Yesus memikul salib (Matius 27:32).

Maria Magdalena dan Maria ibu Yesus sangat merasakan kehilangan ketika Yesus disalibkan. Momen tersedih terjadi ketika Maria ibu Yesus harus menyaksikan Yesus mati, setelah tiga jam berada di atas kayu salib, dan menyerahkan nyawa-Nya (Lukas 23:46) demi keselamatan dunia, sebuah hal yang hanya bisa dilakukan oleh Yesus yang penuh kasih (Yohanes 3:16).

Sebagai umat-Nya, apakah kita mau melakukan segala sesuatu yang Tuhan inginkan? Mungkin selama ini kita melakukan hal tersebut dengan terpaksa, atau bahkan marah-marah, karena kita tidak melakukannya sepenuh hati. Teladan dari Tuhan adalah kita perlu berdoa sebelum melakukan segala sesuatu, agar kita diberkati dan dijagai, serta tetap berada di jalan dan arahan Tuhan.

Terang tidak akan kalah dari kegelapan. Teruslah melangkah dalam terang untuk melawan kegelapan. Marilah kita menjadi terang abadi bagi sesama manusia.