Kita bersyukur retret Komisi Dewasa Wanita GKI Gading Serpong yang kedua dapat terlaksana, setelah meredanya pandemi Covid-19 di tanah air. Retret ini dilaksanakan tanggal 17-19 Agustus 2023 di Villa Bukit Pancawati, Bogor, diikuti oleh 99 jemaat wanita, satu orang dokter, dan empat pembicara.

Peserta berkumpul di Griya Anugerah dan berangkat dengan bis pada pk. 07.00, dan tiba di Villa Bukit Pancawati pada pk. 10.00 WIB. Tema retret komisi dewasa wanita adalah GODLY WOMAN: GROWING IN CHRIST, artinya wanita saleh yang bertumbuh di dalam Kristus, yang didasari Kolose 2:6-7, “Kamu telah menerima Kristus Yesus, Tuhan kita. Karena itu hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia.

Hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia, hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan kepadamu, dan hendaklah hatimu melimpah dengan syukur.”. Dengan retret ini diharapkan jemaat wanita dapat mengenali dirinya sebagai ciptaan istimewa dan unik, memiliki pikiran yang bertumbuh sesuai dengan Kristus, serta mempunyai motivasi dan komitmen untuk hidup berakar dan bertumbuh di dalam Kristus.

Sesi Pembukaan

Retret yang mengambil waktu tiga hari dua malam ini dibuka dengan firman Tuhan yang dikutip dari Lukas 10:39b, “Maria ini duduk dekat kaki Tuhan dan terus mendengarkan perkataan-Nya". Sesi pembukaan ini dibawakan oleh ibu Ratna Kartika, yang memaparkan pentingnya waktu hening untuk mendengarkan suara Tuhan.

Sebagai wanita yang terbiasa menjadi seorang istri dan ibu di tengah keluarga, kita terbiasa menjadi pribadi yang multitasking. Kita sibuk melakukan ini dan itu, setiap hari, setiap saat. Firman Tuhan mengajak ibu-ibu duduk diam dalam perjumpaan dengan Tuhan, melalui firman dan perenungan. Seperti Maria yang duduk diam dekat kaki Tuhan, peserta diajak memusatkan hati, pikiran, serta keseluruhan tubuhnya untuk mengalami Tuhan dan mendengarkan setiap sabda-Nya. Sesi ini ditutup dengan menyanyikan lagu Duduk Dekat Kaki Yesus, yang syairnya mengajak setiap jemaat wanita untuk belajar berdiam diri dan mendengarkan sabda-Nya.

Begin to Follow Jesus

Setelah itu, peserta diberi waktu 1,5 jam untuk mandi dan beristirahat, lalu dilanjutkan dengan sesi pertama yang dibawakan oleh Ibu Ratna Kartika. Hidup manusia sesungguhnya sebuah ziarah. Ziarah bukanlah sekadar perjalanan hidup, tetapi juga perjalanan iman.

Kita bisa melihat apa yang disebut sebagai kronos (kronologi), yaitu urutan kehidupan kita, mulai dari lahir, menjadi anak-anak, remaja, dan seterusnya. Kronos tidak akan pernah ada artinya kalau di dalamnya tidak ada kairos, yaitu momen kita merasakan sapaan Tuhan. Kehidupan adalah rentetan peristiwa yang ada arti (meaning)-nya, yang di dalamnya mengandung makna (value) dan patut dikenang, sekalipun hidup ini rapuh, kita perlu merenungkan apa artinya menjadi manusia. Di sesi ini, pembicara mengajak jemaat wanita untuk mengenal diri sendiri. Peserta diminta membentuk clay yang menggambarkan dirinya di hadapan Sang Pencipta, dan melihat dirinya sebagai ciptaaan yang utuh. Pertanyaan “siapa aku?” menjadi perenungan bagi jemaat wanita.

Kita, manusia biasa, hidup bersama Allah yang luar biasa. Allah Bapa memelihara seluruh semesta dalam tatanan sempurna, tiada yang luput dari pemeliharaan-Nya. Dalam Kristus, kita dimampukan mengerti pimpinan Roh. Kuasa Roh Tuhan akan terus memimpin kita untuk mau dan mampu melakukan yang terbaik. Hidup yang berpusat pada Allah, bukan pada diri sendiri, akan memampukan kita membawa perubahan. Kita harus hidup berdamai dengan kematian. Tak dapat disangkal, kematian itu tidak terelakkan. Karenanya, cara terbaik mempersiapkan kematian adalah dengan menjalani kehidupan sebaik mungkin. Mazmur 23:4 mengungkapkan, “Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku …”.

Keseharian manusia diisi satu peristiwa dengan dua dimensi yaitu ujian dan pencobaan. Ujian diberikan oleh Tuhan untuk menumbuhkan iman. Pencobaan didatangkan oleh iblis untuk menjatuhkan. Kita harus berpegang pada Allah agar tidak jatuh ketika dicobai. Kita mampu mensyukuri hidup karena menyadari anugerah Tuhan dan tetap bersukacita menjalaninya, karena percaya Tuhan tetap bertakhta di dalamnya. Bekerja dan berdoa tak dapat dipisahkan. Pada saat kita menjalani keseharian kita sebagai doa, sebenarnya kita sedang menyapa Allah di setiap detik kehidupan kita. Berkarya bukan berarti menghasilkan sesuatu saja, tetapi juga sebuah ekspresi iman. Ada ucapan syukur ataupun ratapan, ada pengakuan iman ataupun harapan. Kita memerlukan ketabahan dan ketekunan. Keteguhan sikap untuk terus bertahan secara aktif, bersedia berjalan maju memperjuangkan keyakinan. Milikilah iman seperti pelari marathon yang mungkin tidak cepat, namun konstan, dan tak sudi berhenti jika belum sampai tujuan.

Living Undivided Life

Setelah makan malam, dilanjutkan dengan sesi kedua yang dibawakan oleh Ibu Reni Yuliastuti, didasarkan pada firman Tuhan yang diambil dari Kolose 2: 6-9, “Kamu telah menerima Kristus Yesus, Tuhan kita. Karena itu hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia.

Hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia, hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan kepadamu ...”. Terkadang kehidupan orang Kristen tidak utuh, karena aspek-aspek kehidupannya terpecah-pecah/terbagi-bagi. Menjadi Kristen tidak otomatis membuat kehidupan orang tersebut kudus. Pengudusan itu bukanlah sebuah perubahan instan, melainkan sebuah proses seumur hidup. Saat seseorang mengakui suatu kebenaran secara rasio, ia lalu berusaha menghidupi apa yang diketahuinya itu.

Dallas Willard dalam bukunya yang berjudul Renovation of the Heart (2005) berkata, “Hati adalah tempat di mana keputusan dan pilihan dibuat oleh seorang manusia seutuhnya.” Namun, ternyata hati tidak selalu dapat melaksanakan fungsinya dengan benar, sehingga hidup kita terpecah-pecah dalam berbagai aspek. Ada dosa-dosa tertentu yang masih sulit kita lepaskan, walaupun sudah menyandang status baru di dalam Kristus.

Bagaimana agar kita dapat terlepas dari kehidupan dosa? Salah satunya ialah dengan menjaga hati, dengan mengenali kecenderungan keberdosaan kita, yang bersifat konsisten dan dapat diprediksi. Masing-masing orang memiliki profil dosa tertentu yang menjadi ciri khas diri yang dipengaruhi oleh kepribadian kita. Kepribadian manusia secara umum dapat dibagi menjadi sembilan karakteristik, yaitu perfeksionis (reformator), pemberi (pendukung), pemberi pertunjukan (pencapai), romantis (individualis), pengamat (pemikir), setia (tentara), antusias (generalis), pelindung (pemimpin), dan pembawa damai (mediator). Masing-masing kepribadian ini memiliki karakteristik yang perlu mengalami pembaharuan di dalam Kristus untuk mengalami tranformasi spiritual, yaitu suatu proses berada bersama Kristus agar menjadi seperti Kristus, sehingga dapat hidup untuk Kristus.

Di akhir sesi, pembicara mengajak peserta untuk merenungkan, dari kesembilan dosa itu, dosa akar manakah yang paling menjadi pergumulan peserta, dan bagaimana pemahaman bahwa kita adalah ciptaan baru sehingga dapat menolong peserta mengalami transformasi dari dosa tersebut.

Are You Okay?

Ibu Reni kembali menjadi pembicara untuk sesi ketiga pada keesokan harinya. Ayat yang mendasari sesi ini diambil dari Roma 8:29, “Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara”. Perasaan tidak bisa dijadikan ukuran dalam menentukan sehat tidaknya kerohanian seseorang. Apakah saat ini rohani kita sehat atau sakit? Ukuran yang dipakai adalah keserupaan dengan Kristus. Dalam Yeremia 9:23-24, Tuhan berfirman, “…Tetapi siapa yang mau bermegah baiklah bermegah karena yang berikut: bahwa ia memahami dan mengenal Aku ...” Tanpa pengenalan dan relasi yang dekat, kita tidak akan bisa mencintai Tuhan, sehingga sulit bagi kita untuk mempercayai-Nya dalam setiap situasi. Akibat yang kedua, kita tidak dapat menaati dan melayani Tuhan dengan sepenuh hati. Kita tidak akan paham, mengapa Tuhan harus mendapatkan seluruh ketaatan dan pengabdian kita?

Kita pun tidak dapat memuji dan menyembah Dia, sehingga pujian bisa menjadi kata-kata yang kosong. Dalam Markus 12:29-30, Yesus memberikan hukum yang terutama kepada umat-Nya, yaitu, “… Kasihilah Tuhan, Allahmu dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu. …”. Mencintai dan menaati itu dua hal yang berbeda. Kita bisa menaati tanpa mencintai, tetapi kita tidak bisa mencintai tanpa menaati perintah-Nya. Hanya dengan mengasihi dan mengenal Tuhan, barulah kita dapat bertumbuh semakin serupa dengan Kristus dan mencerminkan-Nya melalui kehidupan kita, sehingga buah roh makin terlihat dalam kehidupan kita.

Growing Up in Christ

Sesi keempat dibawakan oleh Ibu Hellen Chou Pratama (GKI Jatinegara). Bacaan Alkitab diambil dari kitab Kolose 2: 6-7, “Kamu telah menerima Kristus Yesus, Tuhan kita. Karena itu hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia. Hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia, hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan kepadamu, dan hendaklah hatimu melimpah dengan syukur”.

Kita perlu memiliki growth mindset, yaitu pola pikir yang berkembang dan berubah. Pola pikir kita bisa dilatih, mengalami perbaikan, terinspirasi, dan berproses makin serupa Kristus. Setelah menerima Kristus, kita semua harus bertumbuh dalam Kristus melalui karya Roh Kudus. Kesadaran untuk bertumbuh dimulai ketika kita menyadari sepenuhnya, bahwa kita begitu dikasihi Allah. Kita harus bertumbuh sebagai pribadi yang utuh, tidak terbagi-bagi. Utuh tidak berarti sudah sempurna. Kita bertumbuh dalam keserupaan dengan Kristus (Efesus 4:13, Kolose 2:9-10). Pertumbuhan tidak akan terjadi jika kita tidak bersedia untuk diubahkan. Pertumbuhan rohani adalah sebuah perjalanan yang semakin mendalam dan jalan batin untuk mengalami Tuhan. Di dalam berjalan dengan Kristus, hendaklah kita berakar, dibangun, bertambah teguh dan melimpah di dalam Kristus.

Esensi spiritualitas kristiani adalah mengikut Kristus dalam perjalanan pembaharuan hidup yang mencakup growing as a great lover (bertumbuh sebagai kekasih agung), growing in wellness (bertumbuh dalam keutuhan dan kekudusan, mendisiplin keinginan), dan growing into Christ likeness (menjadi serupa dengan Kristus). Tranformasi rohani untuk menjadi serupa dengan Kristus tidak akan terjadi, kecuali kita bertindak.

Lectio Divina

Ibu Hellen kembali membawakan sesi ke lima. Dalam sesi ini, pembicara mengajarkan suatu teknik memeditasikan firman Tuhan yang dikenal sebagai Lectio Divina, yang diambil dari bahasa Latin, yang berarti pembacaan ilahi/rohani. Teknik ini tidak untuk menggantikan penelaahan Alkitab, melainkan untuk membantu kita memasuki teks Alkitab dengan sikap hati yang terbuka untuk diajar oleh firman Tuhan. Tahapan-tahapan dalam Lectio Divina terdiri dari membaca, merenungkan, mendoakan, kontemplasi, dan melakukan firman Tuhan. Melalui teknik ini, kita dapat mengalami perjumpaan pribadi dengan Tuhan dalam pembacaan firman-Nya. Dengan demikian kita diberi makan, dipuaskan saat

kita duduk di meja Tuhan dan menikmati firman-Nya yang hidup. Melaluinya, kita diingatkan kembali akan tujuan penciptaan diri kita, yaitu untuk bersekutu dan menikmati Tuhan selamanya. Itu hanya dimungkinkan bila kita memberikan hati untuk belajar mengenali dan menemukan kehadiran Tuhan dalam setiap momen kehidupan kita. Sesi ini ditutup dengan belajar mempraktikkan Lectio Divina dalam kelompok yang terdiri dari 3-4 orang. Setiap kelompok diberikan satu perikop Alkitab. Masing-masing peserta membagikan apa yang didapatkannya dalam kelompok masing-masing.

Sitting with Jesus

Sesi keenam (terakhir) juga dibawakan oleh Ibu Hellen. Pada sesi ini, peserta kembali diajarkan untuk menyendiri bersama Allah. Firman Tuhan yang mendasari diambil dari Yohanes 10:27 dan Yesaya 30:21. Ini adalah suatu cara aktif untuk mengingat Allah, dan membiarkan-Nya berbicara kepada kita, menghargai kesediaan Allah untuk berbicara dan berelasi dengan kita. Tuhan Yesus pun perlu secara teratur menyendiri bersama Allah di tengah segala kesibukan-Nya. Tuhan mau kita mendengarkan suara-Nya. Kita perlu memperlambat ritme hidup kita dalam menyelesaikan daftar tugas. Kita berharga di mata-Nya, bahkan ketika kita tidak melakukan apapun. Saat menyendiri bersama Allah, kita menikmati hadirat-Nya.

Kita bergembira bukan karena berkat-berkat-Nya semata saja. Sebagai hasil dari keheningan itu, kita mampu lebih jernih mendengarkan suara Allah, sehingga jati diri kita terungkap. Kita jadi tahu siapa Allah sesungguhnya, dan tahu apa yang harus dilakukan. Hubungan kita dengan Allah dan sesama pun diubahkan, karena dalam keheningan Allah berbicara tentang sesama kita, baik yang kita kasihi maupun yang tidak, dan mendekatkan kita dengan mereka. Kita dimampukan menaati perintah-perintah Allah yang sulit dan mengasihi sesama dengan kasih Kristus. Lukas 10:38-42 bercerita mengenai Maria dan Marta ketika Yesus mampir ke rumah mereka. Maria memilih duduk dekat kaki Yesus dan terus berfokus mendengarkan-Nya. Marta begitu sibuk melayani, bahkan meminta Yesus menegur Maria untuk membantunya. Tetapi Yesus berkata, Maria telah memilih yang terbaik. Kesibukan telah mengalihkan perhatian Marta kepada dirinya sendiri.

I’m Ready

Sesi penutup dan ibadah pengutusan dibawakan oleh Pdt. Erma Primastuti Kristiyono. Jemaat wanita diajak belajar dari teladan Yesus untuk menjadi Godly Woman (wanita saleh) yang terus bertumbuh dalam Tuhan, dan setia, menjadi wanita yang memiliki FAITH, yaitu faithful (beriman, setia), available/take a moment (menyediakan waktu berelasi dan terus terkoneksi dengan Tuhan, menjadi teman seperjalanan bagi rekannya), initiative (penuh inisiatif, berani memprakarsai ide-ide baru), teachable (mau diajar, tidak ngeyel, rendah hati membuka diri diajar oleh firman Tuhan), dan hungry to learn (mau belajar, terus rindu mengikuti persekutuan dan kelompok kecil). Selain itu jemaat wanita juga diminta menjadi wanita GOALS, yaitu memiliki good character (berkarakter baik, bertumbuh, menyerupai, dan meneladani Kristus), objective (terbuka pada ide-ide, masukan/nasihat), authentics (tidak munafik/bermuka dua), loyal (setia bertumbuh dalam Tuhan), dan menjadi servant of God (hamba yang baik, meneladani Tuhan, tidak berhenti berakar dan bertumbuh di dalam Tuhan)

Peserta juga diajak mengenal dirinya dengan lebih baik, lebih dalam, lebih luas, dan lebih intens, sehingga peserta menemukan esensi dirinya di dalam kehidupan. Kiranya segala persiapan dan bekal yang sudah diterima tidak berlalu begitu saja, dan peserta bertumbuh menjadi Godly Woman.