Ibadah Paskah GKI Gading Serpong kali ini diadakan dalam empat kebaktian, yaitu pada pukul 05.00, 08.00, 10.30, dan 17.00 WIB, dengan mengambil tema “Kebangkitan-Nya Memberanikanku Melangkah dalam Ketidakpastian,“ dilayani oleh Pdt. Santoni, dilengkapi dengan pelayanan iringan musik band yang membuat nuansa pujian terasa lebih bersemangat dan berbeda dalam ibadah kali ini.

Renungan Paskah diambil dari kitab Yohanes 20:1-18, perikop tentang kebangkitan Yesus yang menceritakan peristiwa saat Maria Magdalena pergi ke kubur Yesus pagi-pagi benar dan mendapati kubur telah kosong. Melihat kejadian ini, Maria pun segera berlari untuk melaporkannya kepada Simon Petrus dan murid lain yang dikasihi Yesus. Paskah yang merupakan hari ketiga setelah peristiwa penyaliban Yesus, sebenarnya masih menyisakan berbagai macam perasaan dan pergumulan dalam diri murid-murid Yesus.

Perasaan takut dan hilang harapan, saat menyaksikan Yesus, guru yang merupakan pengharapan mereka, diambil secara paksa kemudian disalibkan; perasaan bersalah, karena para murid pura-pura tidak mengenal-Nya, lari dan bersembunyi, meninggalkan guru mereka, bahkan Petrus menyangkal-Nya hingga tiga kali. Masih terbayang juga peristiwa perjamuan terakhir, saat mereka makan bersama-sama, dan Yesus membasuh kaki murid-murid satu persatu; malam Getsemani saat murid-murid menemani Yesus berdoa, dan bergumul, namun mereka malah tertidur, kaget melihat serbuan tiba-tiba tentara Romawi, dan marah melihat Yudas Iskariot berada di antaranya sebagai pengkhianat. Oleh karena itu peristiwa kebangkitan Yesus ditanggapi oleh murid-murid dengan respons yang berbeda-beda.

Dari peristiwa ini kita belajar tentang iman beberapa murid yaitu:

1. Iman Maria Magdalena

Saat melihat kubur telah kosong dan batu penutupnya telah diambil, tanpa masuk ke dalam kubur dan melihat lebih teliti, Maria langsung panik, terkejut, jengkel, menduga-duga, menaruh curiga, dan berkesimpulan ada yang mencuri mayat Yesus. Apa yang dilakukan Maria ini sama seperti kita yang sering berprasangka, khawatir, takut, dan tidak selalu percaya kepada Yesus. Iman yang hanya melihat namun tidak bertemu dengan Yesus.

2. Iman Petrus

Petrus berlari untuk melihat kubur kosong seperti laporan Maria, namun perasaan bersalah masih terus meliputinya, sehingga ia tiba di kubur paling terakhir. Ia masuk ke dalam kubur dan mengamati isinya dengan teliti, selain melihat kain kafan, ia juga melihat kain peluh dalam posisi terpisah dan sudah tergulung. Namun Petrus belum percaya, Ia baru percaya setelah dalam Yoh. 20:19-20, Yesus menampakkan diri kepada murid-muridNya. Hal ini sama dengan iman kita yang tidak mau berdamai dengan diri sendiri, terus larut dalam aneka masalah dan penyesalan, tanpa pernah percaya, bahwa Yesus telah bangkit, dan kuasa kebangkitan-Nya mampu mengubah apa yang tidak mungkin menjadi mungkin.

3. Iman Murid yang Dikasihi Yesus

Murid-murid lari ke kubur karena dikejutkan oleh laporan Maria Magdalena. Murid yang dikasihi Yesus lebih cepat sampai ke kubur. Mereka menghampiri dan tidak masuk ke kubur, namun melihat kain kafan Yesus tertinggal di tanah dan langsung percaya. Iman seperti inilah yang diinginkan Yesus, iman yang percaya walau tanpa melihat, iman yang meyakini Yesus telah mati dan bangkit pada hari ketiga, sesuai dengan yang difirmankan-Nya, dan kuasa kebangkitan Yesus telah mengalahkan maut, membuat apa yang tidak mungkin menjadi mungkin.

Lewat peristiwa Paskah, kita senantiasa diingatkan untuk menilik kembali iman yang kita miliki, apakah sudah seperti yang Tuhan kehendaki? Kebangkitan Yesus memungkinkan kita kembali memiliki harapan. Percaya kepada Yesus berarti percaya bahwa Ia telah menang atas maut, bangkit, dan kuasa kebangkitan-Nya memungkinkan apa yg tidak mungkin menjadi mungkin. Sama seperti keyakinan yang dibagikan Rasul Paulus kepada Timotius dalam 2Tim. 1:12, bahwa ia rela menderita dan mendapat malu, karena ia tahu kepada siapa ia percaya. Yakinlah bersama Yesus kita bisa!