Contra mundum mungkin masih asing bagi banyak pembaca. Tapi itulah yang Tuhan kehendaki bagi orang-orang percaya di tengah dunia yang dikuasai dosa dan pemberontakan terhadap Allah.

Apa yang dimaksud dengan contra mundum? Contra mundum adalah istilah Latin yang secara harafiah berarti “melawan dunia.” Tapi kita perlu berhati-hati untuk memahaminya. Contra mundum tidaklah dimaksudkan agar kita memusuhi dunia dalam arti bumi yang Tuhan ciptakan ini, karena ciptaan-Nya itu “sungguh amat baik” (Kej. 1:31).

Kata ini tidak pula dimaksudkan agar kita memusuhi semua manusia di dunia ini, sebab Tuhan Yesus mengajarkan, “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri” (Mat. 22:39) dan “Kasihilah musuhmu, berbuatlah baik kepada orang yang membenci kamu.” (Luk. 6:27). Alkitab menggunakan kata “dunia” selain dalam pengertian “bumi” (Kej. 1:1) dan “manusia di dunia” (Yoh. 3:16), juga berarti “jalan dunia” yang bertentangan dengan kehendak Allah (Ef. 2:2). Dengan contra mundum, kita diingatkan untuk melawan dunia, dalam arti suatu sistem dunia yang bertentangan dengan Allah dan Kristus.

Mengapa harus contra mundum? Sebab dunia yang menentang Allah itu tidak bisa dijadikan sahabat, apalagi dicintai. Yakobus menyatakan, “Tidakkah kamu tahu, bahwa persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah? Jadi barangsiapa hendak menjadi sahabat dunia ini, ia menjadikan dirinya musuh Allah” (Yak. 4:4). Rasa sayang dan persahabatan dengan jalan dunia yang menentang Allah itu membuat umat manusia mengalami kemerosotan rohani, berbuat dosa, dan menjadi seteru Allah.

Yohanes menuliskan: “Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu” (1 Yoh. 2:15b). Kecintaan pada dunia membawa manusia jatuh kepada materialisme (pemujaan terhadap pemilikan materi), konsumerisme (kegilaan untuk membeli tanpa memperhatikan kebutuhan), narsisme (kecintaan berlebihan terhadap diri sendiri), hedonisme (pengagungan pada kenikmatan dan kesenangan badani, termasuk di dalamnya mabuk-mabukan, seks bebas, penyalahgunaan narkoba), dan atheisme praktis (menyangkal keberadaan Allah dalam perbuatannya). Dampak lain dari mengasihi dunia adalah maraknya korupsi, kolusi dan nepotisme di dalam suatu pemerintahan. Tentang semua hal itu firman Tuhan dengan gamblang mengatakan, “Berhentilah mencintai dunia yang jahat ini dan segala yang disajikannya, karena apabila Saudara mencintainya, Saudara menunjukkan bahwa Saudara tidak sungguh-sungguh mengasihi Allah. Karena segala perkara dunia ini, keinginan-keinginan jahat ini— kegilaan seks, keinginan membeli segala sesuatu yang menarik hati, dan kecongkakan yang datang dari kekayaan dan kebesaran—bukan berasal dari Allah, melainkan dari dunia yang jahat ini” (1Yoh. 2:15-16, FAYH).

Bagaimana menerapkan contra mundum?

Langkah pertama adalah menjalin persahabatan dengan Kristus

Kita adalah sahabat-Nya jikalau kita berbuat apa yang diperintahkan-Nya kepada kita (Yoh. 15:14). PerintahNya antara lain: berjaga-jaga dan berdoa (Mat. 26:41), mendengarkan firman Allah dan memeliharanya (Luk. 11:28), serta melakukan kehendakNya (Mrk. 3:35). Menerapkan hal-hal itu di dalam kehidupan tentulah tidak sulit bagi sahabat-sahabatNya. Jika kita menjalin persahabatan dengan Kristus, maka tentu kita akan senantiasa rindu untuk berbicara dengan-Nya (berdoa), mendengarkan perkataan-Nya (firman Tuhan), dan melakukan kehendak-Nya (iman yang hidup), sehingga terus diperlengkapi untuk melawan sistem dunia yang berdosa.

Langkah kedua adalah tidak menjadi serupa dengan dunia ini (Rm. 12:2)

Kita masih berada di dunia, sehingga lingkungan kita tidak mungkin steril dari segala pengaruh dunia. Menghadapi pengaruh dunia ada dua jenis sikap orang Kristen yang tidak tepat, yaitu: imitasi (meniru dunia) dan isolasi (menjauhi dunia). Kedua sikap tersebut tidak sesuai dengan ajaran Tuhan (Rm. 12:2; Mat. 10:16). Perhatikanlah ikan-ikan di laut, yang hidup di tengah laut yang asin namun tidak menjadi ikan-ikan yang asin. Mengapa bisa demikian? Karena ikan-ikan itu mempunyai kemampuan untuk mencegah meresapnya mineral garam dari air laut ke dalam tubuhnya (insulasi), serta dapat menyaring apa yang baik untuk pertumbuhannya dan membuang apa yang tidak diperlukannya (filterisasi). Begitu pula Tuhan menghendaki agar umat-Nya dapat mencegah segala hal yang buruk dari dunia yang jahat mempengaruhi hidupnya (insulasi) serta dapat menyaring apa yang berguna baginya (filterisasi). Dengan melakukan hal itu, kendatipun murid-murid-Nya diutus ke tengah-tengah dunia, namun tidak menjadi serupa dengan dunia. Maka dari itu, janganlah kita hidup dan berpikir seperti manusia lama, tetapi hendaklah kita mempersembahkan diri untuk terus-menerus diperbaharui menjadi manusia baru yang serupa dengan Kristus. Pembaharuan budi di dalam Kristus memampukan kita untuk membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah, dan yang sempurna.

Langkah ketiga adalah menjadi garam dunia & terang dunia (Mat. 5:13-16)

Untuk menghadapi sistem dunia yang jahat dan bengkok ini, kita harus menjalankan fungsi sebagai garam dunia dan terang dunia. Garam berfungsi untuk memberi cita rasa, mencegah pembusukan, dan mengobati penyakit. Terang berfungsi untuk menerangi kegelapan dan memancarkan cahaya agar orang dapat melakukan pekerjaan dengan baik dan benar. Garam dan terang dibutuhkan oleh umat manusia di dunia, tetapi hal itu bukan berarti menjadi garam dunia dan terang dunia merupakan pekerjaan yang mudah. Ulat-ulat yang sudah biasa mendapatkan makanan dari bangkai yang busuk, serta ular-ular yang selalu mendapat kenyamanan hidup di dalam gelap, pasti akan melakukan perlawanan pada orangorang yang menghadirkan garam dan terang di sekitar mereka. Oleh karena itu, untuk menjalankan fungsi sebagai garam dan terang dunia, selain dibutuhkan kebenaran dan kebaikan, juga diperlukan hikmat dan keberanian. Kita harus memiliki hikmat dan keberanian untuk menjadi garam dan terang dunia di tengah-tengah kehidupan berbangsa dan bernegara yang sedang berusaha untuk bangkit dari ketertinggalan dengan mengadakan reformasi mental.

Contra mundum harus dilakukan di dunia yang dikuasai dosa dan pemberontakan terhadap Allah. Memang hal itu tidak mudah. Kadangkadang orang yang melakukan contra mundum bisa merasa sendirian dalam menghadapi sistem dunia gelap yang telah memiliki kuasa yang besar dan pengaruh yang luas. Oleh sebab itu, kita harus tetap ingat bahwa pada saat menghadapi situasi dan kondisi yang sesulit apapun Allah tidak pernah lepas tangan dan angkat tangan, tetapi Ia selalu mau campur tangan dan turun tangan untuk mendatangkan kebaikan bagi kita. Rasul Paulus menuliskan, “Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.”(Rm. 8:28).