Banyak orang salah memahami tentang pemuridan. Ketika mendengar kata tersebut, sering kali hal itu dianggap sebagai produk asing dari gereja lain. Sering pula dianggap, bahwa pemuridan itu hanyalah sebuah program yang perlu dijalani. Ketika program itu dijalani, pada awalnya begitu banyak orang yang antusias mengikuti. Namun ketika bahan pembelajaran sudah habis, atau ketika program selesai, maka banyak juga yang berhenti melakukan pemuridan. Banyak orang gagal berfokus pada pemuridan. Mereka kehilangan esensi yang utama dari pemuridan.

Sesungguhnya pemuridan adalah hal yang sangat penting, yang dikerjakan oleh Yesus. Dia memulai pelayananNya dengan memanggil para murid untuk menjadi pengikut-Nya. “Mari, ikutlah Aku”, itu adalah sebuah ajakan yang Yesus berikan. Sesungguhnya pada zaman dahulu, ada begitu banyak guru yang ada di Timur Tengah. Namun uniknya, zaman dahulu tidak ada guru yang mencari murid, melainkan muridlah yang menghampiri guru tertentu, lalu memilih untuk menjadi pengikutnya. Berbeda dengan tradisi zaman tersebut, justru Yesuslah yang pergi mencari para murid-Nya. Pemuridan mula-mula merupakan inisiatif Allah, yang mencari dan membimbing umat-Nya.

Terjemahan LAI mengenai “ikutlah Aku” lebih tepat jika diterjemahkan sebagai “berjalan di belakang-Ku”. Pemuridan zaman dahulu menuntut seorang murid untuk mengikuti apa yang gurunya lakukan, mendengarkan pengajaran dari gurunya, melihat bagaimana gurunya itu hidup, sehingga kelak, suatu saat nanti, murid tersebut menjadi representasi dari sang guru. Jadi pikiran, perkataan, dan tingkah laku dari murid, merupakan gambaran nyata dari apa yang terdapat pada gurunya.

Hal ini menarik sekali. Artinya ketika Yesus hendak memuridkan seseorang, Ia rindu agar semua orang dapat menjadi serupa dengan Dia. Ini adalah esensi dari pemuridan. Pemuridan adalah sebuah gerakan untuk membuat orang percaya semakin serupa dengan Kristus. Ini adalah arah atau tujuan yang harus bersama-sama dipegang.

“Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia” (Mat 4:18-22)

Perintah Yesus tidak berhenti sampai di sana. Ada sebuah kalimat lanjutan yang sering kali dilupakan oleh banyak orang: “Dan kamu akan Kujadikan penjala manusia,” ini adalah sebuah pernyataan, perintah dan janji dari Tuhan, bahwa ketika seorang murid itu mengikuti gurunya, suatu saat ia akan dituntut untuk dapat memuridkan orang lain. Yesus membimbing murid-murid-Nya untuk dapat segera meng-upgrade dirinya, sehingga dapat membimbing orang lain.

Ada satu hal unik lagi jika kita sungguh memahami konteks pemuridan zaman dahulu. Dulu, para guru tidak mengizinkan para murid untuk mengajar, jika murid itu belum sampai pada level tertentu yang diinginkan oleh guru tersebut. Mereka harus banyak belajar, atau jika dibahasakan hari ini, mereka harus “lulus ujian” terlebih dahulu, baru dapat mengajar. Uniknya, Yesus tidak melakukan hal tersebut. Dia membimbing para murid, namun di saat yang sama, Dia mengutus para murid untuk memberitakan Injil (Matius 10). Yesus tahu, bahwa para murid masih perlu belajar banyak hal, namun Dia tetap mengutus dan tidak meninggalkan para murid dengan terus membimbing mereka. Hal ini menjadi satu pembelajaran bagi kita semua, bahwa sesungguhnya setiap murid Kristus dipanggil untuk memuridkan orang lain juga. Memang pemuridan itu perlu dipersiapkan dan ada pelatihanpelatihan tertentu, namun jangan sampai ada alasan-alasan klasik, seperti: saya belum siap atau saya tidak punya waktu, ketika kita dipanggil untuk memuridkan orang lain. Bahkan jika kita membaca keseluruhan Injil Matius, kita akan melihat, bahwa di akhir dari Injil ini, ada sebuah amanat yang agung dari Yesus, untuk menjadikan seluruh dunia murid Tuhan (Matius 28:18-20), yang berarti ini adalah sebuah perintah memuridkan.

Respons para murid mula-mula dapat kita teladani. Petrus, Andreas, Yakobus, dan Yohanes pergi mengikuti Yesus dan meninggalkan pekerjaan serta keluarganya. Pada zaman dahulu, agar dapat fokus belajar dari satu guru, memang perlu meninggalkan pekerjaan dan keluarga. Hal ini karena Yesus hadir secara fisik, sehingga para murid perlu untuk mengikuti Dia terusmenerus. Pekerjaan dan keluarga jangan sampai menjadi penghalang bagi para murid untuk menjadi murid Yesus saat itu. Konteks zaman dahulu berbeda dengan zaman sekarang. Kita tidak dapat meninggalkan pekerjaan dan keluarga kita. Apalagi Yesus sekarang tidak hadir secara fisik. Namun konsep pemuridannya tetap sama, jangan sampai pekerjaan dan keluarga kita menghambat pertumbuhan iman kita sebagai murid Kristus. Apa maksudnya? Jangan sampai ketika kita sibuk dengan pekerjaan, waktu kita dengan Kristus berkurang, kita tidak memiliki waktu yang intim dengan Dia. Apalagi di dalam pekerjaan, kita melakukan hal-hal yang bertentangan dengan status kita sebagai murid Yesus. Jangan sampai pula keluarga menjadi penghalang bagi kita untuk bertumbuh menjadi murid Yesus. Misalnya, jangan sampai kita terlalu banyak berjalan-jalan bersama keluarga, tetapi sangat sedikit memiliki waktu untuk bertumbuh di dalamNya. Memang ada kondisi-kondisi tertentu yang sangat sulit di tengah keluarga, namun jangan sampai hal tersebut menghalangi fokus kita untuk bertumbuh sebagai murid Kristus.

Jadi, sesungguhnya pemuridan itu berbicara tentang menjadi murid Kristus yang terus-menerus bertransformasi menjadi semakin serupa dengan-Nya. Dan setiap murid Kristus sejati, pasti memiliki kerinduan untuk memuridkan orang lain. Ini bukanlah suatu program, melainkan ini sebuah gaya hidup. Kita perlu terus-menerus menjadi murid Kristus dan memuridkan orang lain.

Pemuridan dapat dimulai dari lingkup yang paling kecil, yaitu keluarga. Kita bisa memuridkan pasangan dan juga anak-anak kita. Pemuridan juga dapat dimulai di mana saja, di lingkup pekerjaan, gereja, dan lingkungan rumah. Saya kenal dengan beberapa murid Kristus, yang membuka pelayanan pemuridan di tempat kerjanya. Sungguh luar biasa. Saya juga bersyukur, saya dipercaya oleh Tuhan untuk dapat memuridkan generasi muda. Ada dua kelompok yang saya pimpin. Kami belajar berkomitmen untuk dapat melakukan pertemuan setiap 2 minggu sekali. Kami membahas firman Tuhan, sharing kehidupan, saling mendoakan dan tentu juga sering tertawa dan menangis bersama. Ini adalah keluarga kami. Kami bisa saling membangun dan menegur satu sama lain, jika memang ada sesuatu hal yang perlu dibenahi. Waktu demi waktu berjalan, saya dapat melihat pertumbuhan iman yang terjadi, dan saya sangat bersyukur untuk hal tersebut.

Saya pun berusaha mendorong anak-anak yang saya pimpin, untuk dapat memuridkan orang lain. Dan puji Tuhan, beberapa anak saya pun dapat menjadi mentor bagi beberapa orang yang mereka pimpin. Pemuridan yang terjadi bukan hanya ada di dalam kelompok yang bertemu setiap 2 minggu sekali, tetapi setiap saat ketika kami bertemu, atau dalam kasuskasus tertentu secara non formal, saya berusaha untuk tetap memuridkan orang lain. Memang masih jauh dari sempurna, namun saya tahu bahwa Tuhan membimbing saya. Bayangkan jika seluruh umat Kristen sungguhsungguh menjadi murid Kristus yang memuridkan, tentu dunia ini akan penuh dengan keajaiban. Mari kita bersama-sama menjadi murid Kristus yang memuridkan. Soli Deo Gloria