Istilah meneladani Yesus sudah sering kali kita dengar dan ucapkan. Apakah Yesus yang kita teladani adalah Sang Juruselamat yang telah mati di kayu salib untuk menebus dosa manusia atau sekedar guru yang menjadi contoh/teladan bagi kita?

Michael Horton dalam bukunya Christless Chritianity : The Alternative Gospel of the American Church menggambarkan kondisi gereja-gereja di Amerika yang lebih berfokus kepada human-centered dalam merekayasa kebenaran ketimbang Christ-centered berdasarkan Alkitab. Kondisi yang demikian disebut Christless. Ya, Kristus yang seharusnya menjadi pusat sekarang telah terpinggirkan dan fokus bergeser kepada kita. Tuhan menjadi sarana bagi kita untuk mencapai tujuan kita. Fokus kita menjadi “What would Jesus do?” ketimbang “What has Jesus done?”

Memang sentralitas Alkitab berfokus pada Yesus. Di era modern ini muncul berbagai sosok Kristus hasil rekaan manusia yang tidak sesuai dengan kesaksian Alkitab. Dalam buku Jesus Under Fire: Modern Scholarship Reinvents the Historical Jesus, kita dapat membaca sanggahan para kontributor (teolog) terhadap Yesus hasil rekayasa para pakar masa kini yang menolak keilahian Yesus yang disaksikan Alkitab. Bahkan lebih parah lagi, Allah pencipta langit dan bumi pun tidak lepas dari rekaan manusia. God – made in our image and likeness. Dalam buku God Under Fire: Modern Scholarship Reinvents God, para kontributor (teolog) mengkritisi pemahaman Allah yang menyimpang dari kesaksian Alkitab yang diprakarsai oleh para pemikir modern. Douglas S. Huffman dan Eric L. Johnson, penyunting buku tersebut mengingatkan kita, in these time of national and global uncertainty, God is back from cultural exile and being welcomed with open arms. But he’s changed quite a bit. He’s less threatening, more congenial, more affirming. In fact, many times it appears that God has been remade in our image and likeness.

BIBLICAL WORLDVIEW

Menghadapi kondisi yang demikian, kita perlu waspada dalam memilah Kristus yang mana yang akan kita teladani. Kita harus berpegang kepada Christian/Biblical wordview yang akronimnya C-F-R-C. CreationFall- Redemption-Consummation ini menggambarkan siapa kita dan mengapa kita memerlukan Kristus. Manusia yang diciptakan menurut gambar-Nya telah jatuh dalam dosa. Walaupun manusia telah jatuh ke dalam dosa, Allah tetap mengasihi manusia dengan mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, Yesus Kristus untuk menebus dosa manusia. Melalui kematian-Nya di kayu salib dan kebangkitan-Nya, kita dipersatukan kembali dalam persekutuan yang erat dengan Allah Tritunggal.

Pokok-pokok dalam ajaran Alkitab juga tercantum dalam Pengakuan Iman Rasuli yang kita ikrarkan dalam ibadah tiap minggu. Ini merupakan sebuah pengakuan iman yang benar dan penuh/utuh berdasarkan Alkitab. Pengakuan iman ini berfokus pada karya penebusan Kristus di kayu salib. Jangan sampai kita, dalam meneladan Kristus berprisinsip “deeds, not creeds.” Tidak menganggap penting kredo. Pengakuan Iman/Kredo menjadi dasar bagi kita dalam memahami dan berelasi dengan Allah dan manusia. Kita melakukan perbuatan baik sebagai ungkapan syukur atas anugerah keselamatan melalui karya penebusan Kristus di kayu salib. Perbuatan baik dan keyakinan iman berkaitan erat. Bertindak dengan meneladan Kristus tanpa meyakini dengan iman karya penebusan Kristus di kayu salib membuka peluang bagi kita menyingkirkan Kristus, Sang Juruselamat. Christ-asexample can just as effectively replace Christ-as-Savior at least in practice (Horton, 2012, 115). Yesus sebagai teladan dapat menggeser atau bahkan dapat mengaburkan tujuan kedatangan Yesus, Sang Juruselamat yang mati untuk menebus dosa kita. Ya, Yesus masih penting bagi kita tetapi Yesus sebagai pelengkap bagi pencitraan kita dalam mengejar tujuan dan kepentingan kita sendiri.

John Shelby Spong sebagai bishop gereja Episcospal, Newark, New Jersey, USA (1979 – 2000) dalam berbagai bukunya menolak pokok-pokok iman Kristiani yang tercantum dalam Pengakuan Iman Rasuli tetapi tetap mengaku mengasihi dan meneladan Kristus. Orientasi tetap kepada Kristus, pertanyaannya Kristus yang mana? Jelas Bishop Spong menolak Biblical Worldview yang berfokus pada C-F-R-C. Pokok-pokok iman dalam Pengakuan Iman Rasuli tidak lebih dari sebuah mitos peninggalan zaman dahulu. Christless Christianity jelas menolak Yesus sebagai Anak Allah yang mati dan bangkit untuk menyelamatkan manusia. Bagi kelompok ini cukuplah Yesus sebagai guru dan contoh/teladan yang patut ditiru.

LANDASAN MENELADAN KRISTUS

Supaya kita tidak terombangambing dengan berbagai ajaran yang dapat menyesatkan kita, kita harus menjadikan Alkitab sebagai dasar untuk mengenal Allah dengan karya penciptaan, pemeliharaan, penyelamatan dan penggenapan-Nya kepada manusia.

Alkitab berisikan kesaksian menyeluruh mengenai Allah yang menyatakan diri-Nya, kehendakNya serta karya penciptaan, pemeliharaan, penyelamatan, dan penggenapan-Nya kepada manusia dan dunia. Kesaksian Alkitab mengenai Allah ini cukup dan menjadi ukuran (kanon) bagi iman kita dan untuk menggumuli kehidupan iman kita dalam kesetiaan-Nya. Kesaksian ini dipahami dan diajarkan secara utuh (Lampiran 5.2, Pegangan Ajaran Mengenai Alkitab, Tata Gereja dan Tata Laksana GKI).

Kesaksian menyeluruh itu berpusat pada Yesus Kristus. Sentralitas Alkitab terletak pada Yesus Kristus. Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku (Yoh 14:6). Meneladan Kristus adalah sebuah proses untuk mematikan keegoan kita menuju kehidupan yang Tuhan kehendaki berdasarkan narasi Alkitab mengenai kehidupan, kematian, dan kebangkitan Kristus untuk menyelamatkan kita.

Conformity to Christ’s image (sanctification) is the process of dying to self (mortification) and living to God (vivification) that result from being regularly immersed in the gospel’s story of Christ’s life, death, and resurrection (Horton, 2012, 118).

Christless Christianity tidak lebih dari sebuah narasi mengenai kita bukan mengenai Kristus. Kita jangan menjadikan Kristus sekedar teladan tetapi lebih dari itu, kita harus menyatu dengan Kristus. Inilah yang Allah kehendaki supaya umat-Nya meneladan Kristus agar semakin serupa dengan Kristus. Melalui pertolongan Roh Kudus, kita akan menjadi semakin serupa Kristus. Menjadi sepikir sehati dalam Kristus. Kita menjalani hidup dengan identitas Kristus dalam diri kita.

DAFTAR PUSTAKA

Douglas S. Huffman and Eric L. Johnson (Editors). 2002. God Under Fire: Modern Scholarship Reinvent God. Zondervan, Grand Rapids, Michigan, USA.

Horton, Michael. 2012. Christless Christianity: The Alternative Gospel of the American Church. Bakers Books, Grand Rapids, USA.

Spong, John Shelby. 2002. A New Christianity For A New World: Why Traditional Faith Is Dying & How a New Faith is Being Born. HarperCollins Publisher Ins, New York, USA.

Wilkins, Micahel J. and Moreland J.P. (Editors). 1996. Jesus Under Fire: Modern Scholarship Reinvents the Historical Jesus. Zondervan Publishing House, Grand Rapids, Michigan, USA.