Masalah adalah kesenjangan antara “HARAPAN” dan “REALITA”. Ketika realita hidup berubah menjadi kurang menyenangkan, sementara harapan kita tetap tinggi seperti sebelum adanya pandemi COVID-19, maka kita akan mengalami tekanan/stres, karena masalah hidup menjadi besar. Oleh karena itu, ketika realita hidup berubah, maka harapan kita pun harus berubah. Sesuaikan harapan kita dengan realita yang ada, agar hidup tidak tertekan terus menerus.

Dalam aspek ekonomi, jika dahulu harapan kita mendapatkan penghasilan 10 juta rupiah per bulan, maka dengan menurunnya kegiatan ekonomi, kita perlu menurunkan juga harapan tersebut menjadi 5 juta rupiah per bulan, misalnya.

Dalam aspek pekerjaan, jika dahulu harapan kita bisa bekerja di kantor tanpa gangguan, maka saat ini kita perlu menurunkan harapan menjadi tetap bisa bekerja di rumah, walau dengan gangguan anak-anak, misalnya.

Dalam aspek relasi sosial, jika dahulu harapannya adalah bisa berkumpul dengan teman-teman untuk makan bersama, maka saat ini kita perlu menurunkan harapan menjadi berkumpul dengan temanteman melalui zoom meeting, atau mengganti harapan menjadi lebih banyak berkumpul dengan keluarga serumah dan masak bersama keluarga, misalnya.

Itu hanyalah contoh-contoh bagaimana kita menjaga kehidupan kita agar bisa tetap bahagia, tidak banyak bermasalah akibat perubahan realita hidup yang kita alami. Silakan para pembaca membuat harapan-harapan baru atau target-target sendiri, yang lebih sesuai dengan realita kehidupan masing-masing. Ketika harapan kita bisa berubah menjadi lebih “dekat” dengan realita hidup, maka sudut pandang kita pun akan menjadi lebih positif. Kita akan menjadi lebih bahagia ketika dapat berpikir positif dan bersyukur atas realita hidup yang kita alami.

Energi positif dibutuhkan untuk bisa terus berkarya di tengah pandemi COVID-19. Ada yang berbagi atau menambah pengetahuan melalui webinar, ada yang mengasah keterampilan memasak, ada yang menemukan hobi baru dari berkebun, ada yang menemukan peluang bisnis baru, ada yang lebih rajin berolahraga, dsb. Silakan para pembaca pun mencari sendiri apa hal baru yang bisa dilakukan atau dipelajari di tengah pandemi COVID-19 ini.

Tahun yang baru, dimulai dari Januari 2021, merupakan waktu yang tepat untuk belajar “menikmati” kehidupan yang baru. Perbarui harapan, perbarui wawasan dan keterampilan, terus berkarya dan terus bersinar, agar talenta yang Tuhan berikan bisa berguna bagi sesama.

Bulan Februari, identik dengan bulan kasih sayang. Kita bisa menggunakan bulan ini untuk berbagi kasih dengan orang-orang di sekitar kita. Cara yang paling sederhana yaitu melalui energi positif yang kita wujudkan dalam perilaku sehari-hari, seperti cara berpikir yang optimis, tersenyum, tidak mengomel/mengeluh, memberi semangat pada orang-orang di sekitar kita, dsb. 

Bagaimana dengan bulan Maret, April, dan seterusnya? Para pembaca bisa meneruskan sendiri dengan versi masing-masing. Yang pasti, masa pandemi bukanlah alasan untuk tidak merasa bahagia dan tidak berkarya. Tetaplah bersyukur dan bahagia atas anugerah Tuhan yang melimpah dalam hidup kita. Tidak berhenti sampai di situ, setelah bersyukur, lanjutkan dengan terus berkarya agar nama Tuhan pencipta kita terus dimuliakan. Sudut pandang yang salah seringkali membuat kita tidak bisa melihat kebaikan Tuhan. Karena itu, mari perbarui sudut pandang kita, penuhi diri dengan energi yang positif, agar hidup kita menjadi lebih bermakna