S elamat hari Natal! Semoga hari Natal tahun ini menjadi Natal yang sangat bermakna bagi Saudara sekalian.

Hari Natal merupakan hari yang sangat penting bagi umat Kristen. Pada hari Natal umat Kristen merayakan Yesus Kristus yang telah bereinkarnasi menjadi manusia (Flp. 2:5b-8).

Yesus Kristus sudah datang ke dalam dunia untuk menyelamatkan manusia berdosa. Melalui pengorbanan-Nya Ia telah menebus manusia dari dosa dan memberikan hidup yang baru kepada setiap orang yang percaya.

Kita diselamatkan semata-mata karena kasih karunia Allah di dalam Yesus, yang kita terima dengan iman (Ef. 2:8). Keselamatan yang kita peroleh itu bukanlah karena hasil usaha kita, tetapi pemberian Allah; dan bukan pula hasil pekerjaan kita sendiri, sehingga kita tidak bisa memegahkan diri (Ef. 2:9). Tetapi sebagai orang-orang yang telah diselamatkan, kita diciptakan baru di dalam Kristus untuk melakukan pekerjaan baik, yang telah dipersiapkan Allah sebelumnya, dan Ia mau supaya kita hidup di dalamnya (Ef. 2:10). Jadi, kita diselamatkan bukan karena kebaikan kita, tetapi kita diselamatkan untuk melakukan kebaikan.

Pada hari Natal ini marilah kita kembali menghayati kasih Allah di dalam Kristus Yesus. Karena begitu besar kasih-Nya, Ia telah mengaruniakan yang terbaik untuk keselamatan kita, yaitu Anak Tunggal-Nya (Yoh. 3:16). Kasih dan rahmat-Nya masih terus dilimpahkan-Nya pada kita hingga saat ini (2 Kor. 13:13). Sudah sepantasnya kita mempersembahkan yang terbaik sebagai ucapan syukur dan ungkapan kasih kita kepada-Nya.

Pada Natal pertama, orang-orang Majus telah datang dari Timur ke Betlehem untuk memberikan persembahan yang terbaik kepadaNya, yaitu emas, kemenyan dan mur (Mat. 2:11). Pada saat ini persembahan terbaik bagaimana yang hendak kita persembahkan kepada-Nya? Berdasar pada Roma 12:1-8 kita dinasehati untuk mempersembahkan tubuh, akal budi, kehendak, dan talenta kita kepada Allah.

a. Mempersembahkan Tubuh kepada Allah (Rm. 12:1)

Sebelum kita percaya kepada Kristus, kita menyerahkan tubuh kita untuk kesenangan dan tujuan yang tidak baik, tetapi sejak kita menjadi milik-Nya, kita ingin mempergunakannya untuk kemuliaan-Nya (Wiersbe 17, 135). Tubuh orang Kristen adalah bait Allah (1Kor. 6:19-20) karena Roh Allah diam di dalamnya (Rm. 8:9). Adalah kehormatan bagi kita jika Kristus dapat dimuliakan dan dibesarkan di dalam tubuh kita (Flp. 1:20-21).

Ibadah yang sejati ialah mempersembahkan tubuh kita kepada Allah, dan semua yang dikerjakan tubuh itu setiap hari (Barclay 1991, 234). Seseorang bisa berkata, “Saya akan pergi ke gereja untuk beribadah kepada Allah,” tetapi ia seharusnya juga bisa berkata, “Saya akan pergi ke pabrik, ke toko, ke kantor, ke sekolah, ke garasi, ke gudang kereta api, ke tambang, ke pelabuhan, ke ladang, ke kandang sapi, ke kebun, untuk beribadah kepada Allah” (Ibid, 234-235). Ibadah yang sejati tidak lain daripada mempersembahkan kehidupan sehari-hari kepada-Nya, bukan sesuatu yang terbatas pada kegiatan di gereja saja (Ibid, 234).

b. Mempersembahkan Akal Budi kepada Allah (Rm. 12:2a)

Persembahkanlah akal budi kita kepada Allah. Dunia ingin menguasai akal budi kita, tetapi Allah ingin mengubahnya (Wiersbe 1977, 137). Dunia menguasai akal budi kita dengan menggunakan tekanan dari luar. Tetapi Roh Kudus mengubah akal budi kita dengan melepaskan kuasa dari dalam (Ibid). Sarana yang dipergunakan-Nya adalah Firman Tuhan yang kita dengar, baca, pelajari, hafal, dan renungkan.

Ada dua jenis sikap terhadap dunia yang tidak berkenan kepada Allah, yaitu imitasi dan isolasi. Imitasi artinya meniru dunia; dan isolasi artinya menjauhi dunia. Tetapi yang Tuhan kehendaki bukanlah keduaduanya. Yang Tuhan kehendaki adalah insulasi dan infiltrasi. Insulasi artinya tetap berada di dunia tetapi tidak serupa dengan dunia. Contohnya ikan yang ada di laut, tetapi tidak menjadi asin karena pengaruh asinnya air laut. Infiltrasi artinya dapat menyaring untuk menyerap apa yang baik dan berkenan kepada Allah, serta membuang segala sampah yang tidak berguna.

c. Mempersembahkan Kehendak kepada Allah (Rm. 12:2b)

Pikiran kita mengendalikan tubuh kita, dan kehendak kita mengendalikan pikiran kita (Ibid). Banyak orang yang mengira mereka dapat mengendalikan kehendak mereka dengan “kemauan keras”, tetapi biasanya mereka gagal (Ibid). Ini adalah pengalaman Paulus, seperti yang tercatat dalam Roma 7:15-21. Hanya bila kita menyerahkan kehendak kita kepada Allah sajalah kuasa Allah dapat mengambil alih kehendak kita dan memberi kita kemauan yang keras (dan kemauan untuk menolak!) yang kita perlukan untuk menjadi orang Kristen yang berkemenangan (Ibid).

Kita dapat menyerahkan kehendak kita kepada Allah melalui doa yang disiplin (Ibid). Pada saat kita menyediakan waktu untuk berdoa, kita menyerahkan kehendak kita kepada Allah dan berdoa, bersamasama dengan Tuhan, “Bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendakMulah yang terjadi” (Ibid).

d. Mempersembahkan Talenta kepada Allah (Rm. 12:3-8)

Janganlah kita memikirkan hal-hal yang lebih tinggi dari pada yang patut kita pikirkan. Jangan berpikir terlalu tinggi, agar kita tidak menjadi sombong. Jangan pula ”under-estimate” terhadap diri sendiri, agar kita tidak menjadi minder.

Tuhan mengaruniakan talenta yang berbeda-beda kepada setiap orang Kristen. Karunia-karunia itu hendaklah kita terima dan pergunakan dengan iman. Jangan saling membandingkan, sebaliknya persembahkanlah talenta itu untuk melayani Allah dan menjadi berkat bagi sesama.

Kita harus tahu karunia-karunia rohani apa yang dianugerahkan kepada kita dan pelayanan apa yang harus kita lakukan di gereja. Sebagai bagian dari tubuh Kristus (gereja), hendaklah kita terlibat di dalam membangun tubuh Kristus sesuai dengan talenta kita masing-masing.

Hari Natal mengingatkan kita pada karunia terbesar yang diberikan Allah kepada kita, yaitu Tuhan Yesus Kristus yang telah bereinkarnasi menjadi manusia. Karena kasih Ia sudah rela berkorban untuk menyelamatkan kita.

Sebagai ungkapan syukur dan kasih kita kepada Allah, marilah kita mempersembahkan yang terbaik kepada-Nya. Melalui tulisan ini kita diingatkan untuk mempersembahkan tubuh, akal budi, kehendak, dan talenta kita kepada Allah. Semoga kita dapat melakukan dengan hati yang tulus ikhlas dan penuh sukacita. 

Sekali lagi, SELAMAT HARI NATAL! 

Daftar acuan:

•Wiersbe, Warren W. 1977. Benar di dalam Kristus. Terj. Tinawati Tedjana. Bandung: Kalam Hidup

. •Barclay, William. 1991. Surat Roma. Terj. Nanik Hardjono & Jakob B. Susabda. Jakarta: Gunung Mulia.