Hans Nielsen Hauge dilahirkan tahun 1771 dari keluarga petani di pedesaan Norwegia, sekitar lima puluh mil dari Ostfold. Hauge dibesarkan dalam keluarga yang takut akan Tuhan. Semasa muda, ia banyak menghabiskan waktu untuk membaca buku dan Alkitab. Berbekal sedikit pendidikan formal, Hauge muda yang menyukai kemandirian, memulai wirausaha pertamanya melalui jasa pembuatan dan perbaikan perabot serta merajut pakaian.

LAHIR BARU DAN PANGGILAN BARU

Saat beristirahat dari pekerjaan di ladang ayahnya, Hauge mengalami perjumpaan pribadi dengan Kristus dalam renungannya. Keselamatan dalam diri Kristus pada 5 April 1796 saat ia berusia 25 tahun bermakna begitu dalam baginya. Ia mendapatkan kejelasan panggilan Allah bagi hidupnya untuk membangun sebuah komunitas yang mempraktikkan Injil melalui hidup dan mata pencaharian mereka. Panggilan tersebut membuatnya semakin tekun mempelajari Alkitab dan ia mulai memberanikan diri untuk berkhotbah serta memberitakan Injil dengan menjelajahi desa dan kota di Norwegia dengan berjalan kaki sambil merajut. Hasil rajutannya berupa sarung tangan dan kaus kaki biasa diberikan kepada orang miskin yang membutuhkannya, sebagai bahan latihan agar mereka memiliki keterampilan merajut.

Hukum Norwegia saat itu melarang orang awam untuk berkhotbah atau membuat pertemuan keagamaan kecuali di bawah pengawasan pastor paroki yang sah (undang-undang Konventikkelplakaten). Larangan itu tidak melemahkannya, baginya tugas pemberitaan Injil merupakan tugas setiap orang Kristen dan tidak boleh hanya dikerjakan oleh para imam saja. Hukum tidak seharusnya menghalangi dan memudarkan niat seseorang untuk melakukan kebaikan pada sesama. Baginya ekspresi kasih terhadap Tuhan harus direfleksikan dalam bentuk kasih terhadap sesama (Iman tanpa perbuatan adalah mati). Dalam setiap praktiknya Hauge tidak hanya mengajar dan berkhotbah namun banyak menghabiskan waktu untuk membimbing penduduk lokal agar dapat memiliki usaha mandiri dan mengelola keuangan keluarga mereka lebih bijaksana.

Cara berkhotbah Hauge menjadi populer karena tidak seperti biasanya. Dia mengajarkan Injil dengan menggunakan bahasa dan contoh kehidupan seharihari, berbicara di mana pun orang berkumpul baik di rumah, di tangga gereja, di tangga gudang, di dekat pabrik atau saat dia berjalan dari satu tempat ke tempat lain. Jiwa pengkhotbah dan kewirausahawannya, membuat setiap kota dan desa yang disinggahinya selalu mengalami perubahan spiritual dan ekonomi. Hanya dalam 4 tahun pelayanannya, lebih kurang 30 kelompok persekutuan dan 30 macam unit usaha rintisannya diteruskan oleh perkumpulan penduduk lokal. Selama periode 1800-1804 Hauge mendirikan banyak industri dari Lista di Selatan hingga Troms di Utara seperti Industri perikanan, tempat pembuatan batu bata, pabrik pemintalan, lapangan pengiriman, tambang garam dan mineral, pemanfaatan air terjun, pabrik kertas dan pabrik percetakan.

MEMIKUL SALIB

Kenyataan itu membuat kenyamanan beberapa pihak terusik, bagi mereka Hauge seperti “kerikil dalam sepatu bisnis” sehingga harus disingkirkan dengan segala cara. Dengan kehadiran undangundang “Konventikkelplakaten” mereka menemukan cara jitu untuk menyingkirkan Hauge dengan menggunakan isu agama. Pemerintah Norwegia dan Denmark (masa itu bersatu) di Kopenhagen meminta pejabat Norwegia untuk melaporkan kegiatan Hauge. Dalam laporan-laporan, ia dituduh sebagai demagog yang menyebarkan takhayul, merusak kepercayaan dan memperkaya dirinya sendiri. Melalui tangan pihak berwenang dan tanpa ada penyidikan yang memadai Hauge berulang kali ditangkap namun berkat simpatisannya Hauge mendapat pembelaan dan jaminan pembebasan. Sosok 22 Januari 2020 - Juni 2020 Sosok Pada tahun 1804, ia sempat dipenjara untuk waktu yang lama sekitar 5 tahun.

Salah satu alasannya adalah laporan dari Uskup Kristiansand, Peder Hansen kepada Raja Denmark dan Norwegia yang membandingkan Hauge dengan pendiri Wahabisme, Muhammad ibn Abd al-Wahab pendiri sekte yang membawa banyak keresahan di Arab Saudi. Pada tahun 1809, dikarenakan wabah penyakit pemerintahan Norwegia perlu membangun tambang garam dan menyalurkannya ke daerah yang tepat. Keterampilan pengorganisasian Hauge dipandang penting sehingga ia dibebaskan sementara untuk membantu hingga proyek tersebut selesai untuk kemudian dipenjara lagi. Pada tahun 1811 Hauge dibebaskan namun panggilan untuk mengajar, membagikan Injil serta membantu rekan sepelayanannya untuk merintis usaha tetap tak pernah memudar dan membuatnya kembali ditangkap pada tahun 1813, bahkan tahun 1814 pengadilan menyatakan dirinya bersalah serta diperintahkan untuk membayar 2.000 riksdaler atau sekitar 400 juta rupiah. Ia melunasi dendanya melalui sumbangan dari teman dan keluarganya.

Kesehatannya memburuk setelah bertahuntahun dipenjara, Hauge harus menghentikan perjalanan misinya. Ia kembali bekerja di tanah miliknya sendiri di Christiania (Oslo), sambil memberikan bimbingan lanjutan terhadap rekan-rekan sepelayanan yang mengembangkan unit usaha mereka sampai kematian menjemputnya pada tanggal 29 Maret 1824. Semasa hidupnya, Hauge memiliki tiga anak namun ketiganya meninggal pada usia muda.

PERHIMPUNAN HAUGIAN

Hauge memiliki kebiasaan menulis sejak muda. Saat dipenjara dan sakit, Tuhan menggerakkannya untuk mengabadikan pemikirannya melalui tulisan. Selama hidupnya ia menulis lebih dari 500 surat yang kini tersimpan di arsip nasional Norwegia, menerbitkan 33 buku termasuk menyadur tulisan penulis lain. Hauge memiliki pengetahuan alkitabiah yang luar biasa, dalam surat dan tulisannya, orang menemukan rujukan ayat-ayat Alkitab yang tak terhitung banyaknya. Sebagai contoh, bukunya, “Doktrin Kristen” yang ditulis tahun 1800 memuat 1340 referensi ayat alkitab.

Hauge banyak membaca dan mempelajari Alkitab secara menyeluruh, namun dia masih tetap terkejut dengan pengetahuannya tentang Alkitab. Dia mengamati pada tulisan-tulisan pertamanya, Tuhan mengingatkannya pada banyak ayat yang dia sendiri tidak sadari telah dipelajari. Setelah membaca tulisan Hauge, banyak yang menaruh kekaguman terhadap kedalaman pemikiran teologisnya. Setelah dibebaskan dari penjara, suasana intelektual dan teologis berkembang di sekitar rumahnya sehingga menjadi markas alami dari gerakan Haugian. Hauge sendiri sering dikunjungi oleh para uskup, profesor teologi, rohaniwan dan tokoh penting lainnya untuk terlibat dalam percakapan yang panjang dan mendalam.

Begitu terkenalnya Hauge hingga bukunya disalin dan dicetak lebih dari 200.000 eksemplar serta dibaca lebih dari satu juta orang Norwegia dan menjadikannya penulis yang populer pada masanya. Para peneliti sejarah Norwegia menyimpulkan berkat simpati yang tinggi terhadap kondisi Hauge yang berkali-kali dipenjara, rakyat Norwegia dan Denmark berlomba-lomba untuk mencari, mengoleksi dan membaca karyanya sehingga dalam beberapa dekade masalah buta huruf di Norwegia dan Denmark menurun secara drastis. Simpati terhadap pemikiran Hauge begitu kuat hingga banyak perkumpulan mandiri terbentuk dan menamakan diri dengan sebutan “Perhimpunan Haugian”.

Perhimpunan Haugian ini memiliki perilaku khas di mana mereka hidup dalam tali persaudaraan yang erat, saling membantu baik untuk urusan praktis maupun bimbingan kerohanian. Mereka banyak membahas kitab suci dan menghidupkannya dalam displin dan praktek hidup sehari-hari. Orang-orang Haugian umumnya  kaum awam Norwegia, juga perintis organisasi LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) yang bekerja dengan badan misi asing, perintis pelayanan diakonia seperti pembangunan sekolah dan rumah sakit di Norwegia. Kami bahkan menemukan banyak perguruan tinggi Haugian di Amerika. ”

KESIMPULAN

Hans Nielsen Hauge adalah orang yang istimewa karena membuka jalan baru yang mengintegrasikan iman Kristen dengan dunia usaha di Norwegia. Pengajaran dan tulisannya mempengaruhi banyak orang. Usaha yang dirintisnya mempercepat pertumbuhan ekonomi nasional Norwegia dan Denmark. Hauge berkontribusi aktif pada pemberdayaan spiritual dan sosial membuat orang lebih mandiri daripada sebelumnya, terutama petani dan pekerja. Pengaruh Gerakan Haugian pada penduduk Norwegia berkontribusi pada pembentukan semangat nasional, yang menjadi salah satu pilar dasar gerakan kemerdekaan Norwegia. Waktu telah membuktikan bahwa teladan Hauge, baik kehidupan pribadinya yang kristiani dan integrasinya ke dalam usaha-usaha ekonomi yang dilakukannya dalam nama Tuhan tidak pernah sia-sia.