GKI Gading Serpong, melalui persembahan palungan Natal 2018, mendukung beasiswa pendidikan tinggi untuk pemuda-pemudi asal Nusa Tenggara Timur (NTT), bekerjasama dengan Yayasan Kasih Bagi Negeri (YKBN). Mengapa kita memikirkan untuk memberi beasiswa bagi pemuda-pemudi asal NTT (Nusa Tenggara Timur)?

Dan mengapa sebagian besar dari mereka berkuliah di FKIP dengan berbagai jurusan (Fisika, Kimia, Matematika, Bahasa Inggris, dan Bimbingan Karir) untuk menjadi Guru-guru? Sebelum menjawab pertanyaanpertanyaan tersebut, kita perlu mundur dan melihat peta Indonesia secara menyeluruh. NTT hanyalah salah satu propinsi kecil dengan kondisi alam yang tidak seberuntung Pulau Jawa. Dengan kondisi alamnya, penduduk berjuang lebih keras dibandingkan saudara-saudaranya di tempat lain di kepulauan Indonesia. Provinsi NTT berada di urutan ketiga propinsi termiskin di Indonesia (Pos Kupang 15 Juli 2019), setelah Papua dan Papua Barat. Kekristenan di NTT pun sudah mendarah daging : 51% penduduknya beragama Katolik dan 38% beragama Kristen Protestan (data tahun 2017 website Provinsi NTT). Bagaimana NTT bisa bangkit dan keluar dari kemiskinan?

Pendidikan adalah jawabannya. Kesadaran untuk memperoleh pendidikan tinggi di kalangan masyarakat haruslah dipacu dengan pola sebagai berikut: satu anak dari sebuah keluarga diberikan beasiswa supaya bisa menjadi sarjana. Setelah lulus, maka saudara berikutnya atau saudara lainnya dalam keluarga akan dibiayai oleh sang anak yang telah menjadi sarjana tersebut, demikian seterusnya. Gerakan ini bila terus bergulung dan berputar, akan menjadi seperti bola salju yang menggelinding dari puncak gunung dan terus membesar menuju kaki gunung. Dapat dibayangkan bagaimana bila provinsi yang dengan latar budaya yang begitu kental Kristennya, memiliki anak-anak muda dengan modal untuk bersaing dalam jumlah yang semakin banyak, maka kita, sebagai gereja sudah turut memberi warna dan sumbangsih nyata bagi perkembangan manusia-manusia seutuhnya di NTT.

Gerakan ini berjalan di luar tembok-tembok gedung gereja dan tanpa kita sadari, khotbah mingguan dari mimbar gereja seakan diteruskan keluar tembok gereja. Bahkan bila perlu mimbar “digeser” ke tengah-tengah “ladang” dunia yang sesungguhnya. Kemudian, mengapa memilih untuk mendidik anak-anak muda ini dalam bidang pendidikan alias menjadikan mereka guru? Guy Kawasaki – seorang kapitalis ventura, wirausahawan, mantan pegawai Apple yang sering disebut “Apple Fellow” (karyawan-karyawan Apple yang telah memberikan kontribusi besar) pernah berkata, “If you have to put someone on a pedestal, put teachers. They are society’s heroes.” Ada juga pepatah yang menyebutkan, “Teaching creates all other professions.” Sederhananya, seorang guru atau seorang pengajar adalah kunci untuk membangun sebuah masyarakat.

Sang pengajar selain mengajar dalam kelas, juga mampu untuk menjadi penggerak di lingkungannya: memimpin Kelompok Diskusi Alkitab, menjadi Pembina dalam pelayanan anak muda di gereja setempat, menjadi penggerak dalam mencari peluang-peluang usaha yang memberi pemasukan bagi jemaat di gereja setempat dan lain-lain. Nilai tambah guru seperti inilah yang diwujudnyatakan oleh YKBN. Selain mengawasi mahasiswa penerima beasiswa untuk belajar di kampus UKICawang, YKBN juga membuatkan program-program untuk menambah “modal” para mahasiswa ini bila kelak kembali ke kampung halaman.

Memang, YKBN menuntut mereka untuk kembali ke kampung halaman masing-masing sehingga dapat berkontribusi nyata bagi masyarakat dan lingkungan asal mereka. Keseluruhan program dan kegiatan yang dilakukan oleh YKBN tersebut didasarkan pada iman Kristen. Programprogram tersebut antara lain:

• Pelatihan bersaat teduh

• Pelatihan Baca Gali Alkitab

• Kebaktian rutin di asrama

Character building

• Pelatihan Strategi Belajar

• Pelatihan Kewirausahaan

• Pembinaan “Christian World View

• Pelatihan Membina Karier

YKBN – Yayasan Kasih Bagi Negeri (This email address is being protected from spambots. You need JavaScript enabled to view it.), dibentuk sejak 5 tahun yang lalu oleh beberapa orang yang memiliki hati untuk ikut membangun negeri ini melalui pengelolaan beasiswa pendidikan tinggi (S1) bagi siswa lulusan SMA/ SMK berprestasi namun kurang mampu. Visi YKBN adalah “Menghasilkan guru yang berkualitas (ability, capability, competencies, integrity) yang bersedia ditempatkan di tempat terpencil”. Dalam perkembangannya, YKBN juga turut mengelola sebagian kecil mahasiswa yang berkuliah di jurusan selain Ilmu Pendidikan. Kini, tagline YKBN menjadi “One Student One Family” – yang diharapkan menjadi satu pengerak dalam lingkungan masyarakat yang sudah merasakan manfaat bantuan beasiswa pendidikan tinggi tersebut.

Saat ini ada 159 mahasiswa yang bernaung dalam binaan dan pengelolaan YKBN, mereka berasal dari daerahdaerah: Kalimantan Barat, Nusa Tenggara Timur, Mentawai, Jambi, dan Medan. 159 mahasiswa ini terdiri dari 12 mahasiswa angkatan 2016, 21 mahasiswa angkatan 2017, 81 mahasiswa angkatan 2018, serta 45 mahasiswa baru angkatan 2019. Sebagian besar adalah mahasiswa calon guru yang sudah berkomitmen untuk kembali ke tempat asal mereka untuk ikut membangun daerah mereka masing-masing. Penyebab berkurangnya penerimaan mahasiswa baru di tahun 2019 karena terbatasnya sarana asrama tempat tinggal mahasiswa selama 4 tahun belajar di kampus UKI.

Sejak tahun lalu, ada 3 sarjana baru lulusan dari angkatan 2014 yang semuanya berasal dari NTT, disusul tahun ini 6 sarjana baru dari angkatan 2015 yang berasal dari Kalimantan Barat (Singkawang dan Kab. Bengkayang). Setelah lulus di akhir 2018, ketiga sarjana baru angkatan 2018 diberikan kesempatan magang selama 1 semester di Sekolah Kristen Calvin, Kemayoran. Di awal tahun ajaran baru 2019, ketiganya yang memang berasal dari NTT, sekarang sudah mengajar di Kota Kupang (2 orang) dan Kota Soe, Kab. Timor Tengah Selatan (1 orang). Sementara itu, 6 sarjana baru angkatan 2015 (sebenarnya ada 1 lagi yang baru akan lulus di Januari 2020) yang seluruhnya berasal dari Kota Singkawang dan beberapa kota kecil di Kab. Bengkayang, Kalbar, telah mendapat kesempatan magang sekaligus penempatan langsung untuk mengajar di Sekolah Kasih Yobel, Singkawang. Jadi, keseluruhan lulusan angkatan 2014 dan 2015 sudah mendapat penempatan untuk bekerja (mengajar).

Semoga kerjasama GKI Gading Serpong dengan YKBN akan berkelanjutan dan semakin berkembang. Mengingat, masih banyak daerah-daerah berpopulasi Kristen tinggi namun masih tertinggal jauh dari daerah-daerah lainnya di Indonesia. Gereja yang bermisi, bukan hanya pada mandat Injili tapi juga pada mandat Sosial Budaya, di mana Pendidikan adalah bagian dari Sosial Budaya. Pendidikan menjadi kunci untuk memajukan masyarakat dan lingkungan di daerah tersebut, dan untuk memperoleh hasil yang baik, hal itu hanya bisa dikerjakan oleh orangorang yang telah mengalami perjumpaan dengan Kristus secara pribadi dan juga berasal dari daerah tersebut. Orangorang ini adalah mereka yang telah dididik dan dibina secara holistik, yang dalam hal ini melalui pekerjaan Tuhan lewat tangan Yayasan Kasih Bagi Negeri.

Penulis adalah jemaat GKI Gading Serpong dan Pengurus YKBN